Rabu, 18 November 2015

Maya

Pandanganku tidak bermakna
Senyumanku hanyalah sapa
Tak ada maksud tersirat
Hanya sebuah rasa hormat
Tak usah kau berlebih
Tak perlu menganggap
Gurauanku ungkapan letih
Tawaku hibur diri
Kamu, karena kamu
Dirimu lucu
Cukup kumelihatmu
Bibir menyungging gelak tawa
Kamu menyapa
Semakin tawaku pecah
Tidak..
Kamu tak perlu bertanya
Karena ku tak punya jawaban
Tidak..
Kamu tak perlu sangka beda
Karena rasaku sama pada semua

Read more »

Selasa, 17 November 2015

Untukmu

Kukira pandangan pertama bohong
Kukira nafsu belaka
Kukira hanya maya
Atau memang benar?
Aku tak mengerti
Kamulah yang tahu sebenarnya
Kamu yang mengungkapkan
Tetap aku tak mengerti
Kumenganggap sandiwara
Kamu berusaha meyakinkan
Sikapmu menunjukkan
Aku semakin heran
Mengapa kamu lakukan?
Nafsumu ternyata menggebu
Keinginanmu hanyalah aku
Nafsumu membutakan
Tak dapat menerima alasan
Penjelasan kamu abaikan
Kamu kalah permainan
Mundur tak beraturan
Seolah aku yang salah
Seolah aku yang kalah
Bukan, itu kita
Tak ada pembenaran
Tak ada akhiran

Read more »

Untuknya

Kamu siapa?
Aku tak tahu dirimu
Begitu pun kamu yang tak tahu siapa diriku
Bunyi tong kosong memang menggema
Cepat merambat dan mengejutkan

Aku tidak bercerita kita
Tapi aku, kamu, mereka, dan suatu keanehan
Yang diumbar tanpa sumber
Tentang aku dan kamu
Kembali kuingatkan aku tidak mengenalmu
Kamu tidak mengenalku
Tapi kita saling merasa risih saat bertemu
Saling bertanya dalam hati
Ada apa kamu padaku?
Yaa, gara-gara mereka
Siapa mereka?
Apa pantas ku menyalahkan?
Tidak sama sekali
Keberadaan kamu di sana
Dan keberadaanku di sini
Itulah penyebabnya
Ingin kukatakan padamu, tak usah khawatir  karena bukan kita
Mungkin itu pun yang ingin kamu utarakan
Namun pastilah akan semakin gencar
Diam justru membuat jawaban iya
Menjauh seakan berarti iya pula
Aku berkacaKamu siapa?
Aku tak tahu dirimu
Begitu pun kamu yang tak tahu siapa diriku
Bunyi tong kosong memang menggema
Cepat merambat dan mengejutkan

Aku tidak bercerita kita
Tapi aku, kamu, mereka, dan suatu keanehan
Yang diumbar tanpa sumber
Tentang aku dan kamu
Kembali kuingatkan aku tidak mengenalmu
Kamu tidak mengenalku
Tapi kita saling merasa risih saat bertemu
Saling bertanya dalam hati
Ada apa kamu padaku?
Yaa, gara-gara mereka
Siapa mereka?
Apa pantas ku menyalahkan?
Tidak sama sekali
Keberadaan kamu di sana
Dan keberadaanku di sini
Itulah penyebabnya
Ingin kukatakan padamu, tak usah khawatir karena bukan kita
Mungkin itu pun yang ingin kamu utarakan
Namun pastilah akan semakin gencar
Diam justru membuat jawaban iya
Menjauh seakan berarti iya pula
Aku berkaca
Tak perlulah kupikirkan
Tak usahlah kuhiraukan
Memang iya, di mulut kuberkata
Di hati berbeda jua

Read more »

Jumat, 06 November 2015

Start New Life 6

Ok sekarang aku ingin cerita mengenai penghuni-penghuni kantor QC, yaa walaupun aku sekadar dekat dalam fisiknya saja, tak apalah sedikit-sedikit sih tahu, kan secara tidak sengaja aku memperhatikan tingkah mereka, check it out..
Yang pertama Pak Jaja aja deh, karena orang QC yang pertama aku kenal adalah beliau.
Kalau aku lihat Pak Jaja itu tegas yaa orangnya, pekerjaan dibawa nyantai, tidak tergesa-gesa, masalah pekerjaan tidak diambil pusing, bahkan untuk menghilangkan rasa penat justru si masalah diplesetin kepada gurauan.
Orangnya juga kocak sebenarnya, ceplas-ceplos, ucapannya itu bikin tertawa. Tapi sepertinya beliau ini termasuk tipe orang yang kaku, dan sulit untuk dijadikan kawan akrab. Yaa itu kan penilaianku dari luar, karena aku tidak terlalu dekat dengan beliau, walaupun beliau atasanku langsung.
Bapak yang hobi pelihara ayam ini tak ada bosannya membahas dunia keayaman
bersama dengan rekan-rekan lain, hahaa kan di sini banyak yang pelihara ayam dan mungkin tak jarang mereka ambil kesempatan untuk mengadu kekuatan ayam masing-masing..
Dari obrolan yang sering kudengar, sepertinya Pak Jaja ini termasuk orang kepercayaan atasan..
Yang aku lihat, Pak Jaja ini orangnya peduli, contohnya kepadaku. Kontrakan yang sekarang aku tinggali kan beliau yang mengajukan, pembuatan SIMku juga beliau yang bantu, yaa walaupun sampai sekarang belum diproses, ini bukan salah beliau, tapi masalah dengan pihak lain..
Ok cukup deh tentang Pak Jaja.
Sekarang Pak Surtina, kabag QC sub luar, biasa dipanggil juga Mang Boled. Aku kurang paham sih dengan beliau. Yang aku tahu beliau ini ramah, dan tidak jauh berbeda dengan Pak Jaja.
Mas Taufik, hahaa kalau dia itu kayaknya manusia serba tahu, setiap aku tanya pasti dia bisa jawab, dan kalau dia tidak tahu jawabannya, dia cukup mengatakan "coba cari di internet", wahh dasar Mas Searching nih, hahaa
Dia ini paling mengerti keadaanku mungkin dibanding karyawan QC yang lain, contohnya dalam hal merokok.
Dia sering membantu pekerjaanku, begitu pun sebaliknya, bahkan kadang kita tukar posisi pekerjaan, hihii seru kan.
Dalam bekerja, dia ini fokus dan berusaha memberikan yang terbaik.
Yaa pokonya yang baik-baik dah yang aku tahu tentang Mas Taufik.
Yang keempat ada Pak Trisno, walaupun beliau ini karyawan baru, ya beda satu bulan lebih akhir dariku, tapi aku justeru cukup dekat dengannya. Beliau itu sering bercanda dan mengajakku berbincang ringan, mengenai pekerjaan, ataupun urusan pribadi.
Sepertinya udah cukup yaa aku bercerita, selebihnya aku tidak terlalu mengenal QC lain. Oh ya aku sebutkan saja nama-namanya, nama panggilan  mereka itu aneh-aneh. Nggot/jenggot alias Rustadi yang ramah, Jamrota alias Jamroni, Popon alias Omay, Doyok alias Maman, Citok alias Sucipto, Tomang alias Komar, Ganden alias Denis yang sering memamggilku dengan sebutan bu haji, dan logat tertawanya yang khas, Legos alias Ikhwanudin, Eeng alias Herman, Garet yang sering mengeluarkan tawa saat berbicara, Ayi, Domo yang punya khas panggilan padaku yaitu nduk, Anom, Misdin, dan banyak lagi yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu.. :)

Read more »

3 Bulan Sudah

Alhamdulillah Yaa Allah, 3 bulan kusudah lalui masa training ini, entah perkembanganku baik atau buruk, hanya orang lain yang mampu menilai..
3 bulan lalu aku masih sebagai anak sekolah yang baru lepas, terlihat masih polos, lugu, dan mudah dimodifikasi.
Terima kasih sudah memberikanku kesempatan menjajaki dunia kerja, tepatnya di divisi Quality Control. Jujur, banyak sekali ilmu yang kudapatkan dari sini, baik itu ilmu pekerjaan maupun untuk bekal kehidupan.
Orang-orang di sini sebenarnya asik, seru, gokil, dan lumrah, hanya diriku saja yang tak bisa masuk ke dalam obrolan mereka.
Ahh pokoknya aku ingin berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang terkait lah, walaupun aku tak bisa mengungkapkannya langsung, tak apa lah kusampaikan di sini, melalui situs blogku ini, walaupun juga sangat sedikit kemungkinan orang yang dapat membaca tulisan ini, dikarenakan kebelumtahuan keberadaan alamat blogku ini.. hihii..
Alhamdulillah... :)

Read more »

Start New Life 5

Aku karyawan termuda di pabrik ini, baru lulus sekolah, dan begitu pun usianya. Mungkin karyawan lain menganggapku masih fresh, hingga sering kali mereka menggoda atau sekadar berkenalan biasa.
Walaupun pakaianku syar'i Insya Allah, dengan jilbab menutup seluruh tubuh, dan khimar lebar menjulur ke bawah, pandangan-pandangan lelaki itu tidak lantas berpaling dibuatnya. Ya Allah yang tertutup aja masih bisa digoda, bagaimana dengan yang tidak? Astaghfirullah..
Aku tidak sepenuhnya menyalahkan lelaki, mungkin diri mereka yang belum mendapatkan keilmuan tentang kewajiban menjaga pandangan. Aku lebih ke introspeksi diri, bercermin pada diri ini, apakah aku penyebabnya? Apakah tingkah dan sikapku mengundang perhatian mereka? Astaghfirullah, berikan maghfiroh-Mu Ya Rabb... ;(
Apakah tatapan mata dan senyumanku mengundang syahwat? Begitulah pertanyaan yang terlontar dalam hati setiap kali mendapat godaan dari karyawan lelaki. Godaan itu sebenarnya berawal dari sapaan biasa, mereka menyapa, melempar senyum dan kubalas. Kurasa tidak ada yang salah, sebatas menghargai/menghormati orang lain, sebatas menunjukkan sikap ramah, tapi kan hanya Allah dan diri mereka sendirilah yang tahu isi hati dan pikiran mereka.
Selain itu, masalah lain adalah aku pun menjadi bulan-bulanan gosip, maksudnya sering dicomblangin sama yang ini, yang itu, yang ono. Risih rasanya, malu, dibuatnya salah tingkah, tapi lambat laun aku terbiasa dan mengabaikan semuanya. :)

Read more »

Start New Life 4

Inilah tempat tinggal baruku. Sebuah rumah yang berjarak sekitar 500 meter dari tempat kerja. Rumah milik orang tua dari Ibu warung nasi depan pabrik tempatku bekerja.
Rumah ini ditempati oleh seorang bapak dan 3 orang anaknya, yang pertama perempuan kelas 1 SMA, kedua laki-laki kelas 2 SMP ketiga perempuan kelas 6 SD, dan istrinya bekerja sebagai TKW di luar negeri.
Di sini aku tak merasakan hidup, entah apa alasan yang tepat untuk pernyataanku ini.
Setiap pagi aku berangkat kerja dengan berjalan kaki, dan menjelang waktu Maghrib aku pulang bekerja dengan berjalan kaki pula. Jarak itu sudah bersahabat denganku, hanya butuh 10-15 menit untuk menempuhnya. Begitu saja setiap hari, berjalan selama kurang lebih 3 bulan hingga akhirnya ibuku memebelikanku sepeda motor.
Di kontrakan, sebut saja begitu, padahal aku tidak ingin menyebutnya begitu, lebih tepatnya tempat singgah sesaat. Selepas bekerja, aku hanya berdiam diri di kamar, tanpa komunikasi dengan pemilik rumah, mungkin sesekali, itu pun jika perlu. Rasanya diriku malas untuk mengenal keluarga ini, mungkin aku terlalu lelah bekerja dan hanya ingin istirahat, menyendiri, ah ya sudah. Acap kali ku menatap sudut ruangan, dan bisikan hati berkata "ini tempat fana, tidak akan selamanya aku berada tinggal di sini, nanti jika ku sudah diizinkan resmi bawa motor, aku akan mencari tempat lain yang bisa membuatku nyaman"
Bapak yang menempati rumah ini meminta agarku mengajarkan anaknya yang terkecil mengaji selepas sholat Maghrib, karena kalau dia sholat dan ngaji di Masjid, dia akan keluyuran main dan pulang larut malam setelahnya. Tentu aku sanggupi, ini ladang amal. Seiring berjalannya waktu, aku semakin akrab dengan anak ini, Ade, orang biasa memanggilnya.
Kini Ade lebih sering berada di sisiku, dia tidur bersama di kamarku, mengulas pelajaran sekolah denganku, dan berbagi cerita. Ahh dia sudah seperti adik sendiri.
Semua itu tidak lantas membuat perubahan dalam pola pikirku, aku tetap merasa tidak betah dan tidak nyaman.
Insya Allah nanti aku akan mencari kost-kost'an atau rumah kontrakan yang bisa membuatku merasa hidup. :)

Read more »

Start New Life 3

Di awal-awal masa kerjaku, aku merasa tidak nyaman, setiap ada yang menanyakan betah atau tidak, aku selalu jawab belum bisa menentukan karena kan masih awal, masih adaptasi, walaupun itu sudah sampai pada bulan kedua.
Bagaimana tidak, aku ditempatkan pada posisi dimana seluruh personilnya adalah laki-laki, dari 47 personil, akulah satu-satunya perempuan. Ini posisi yang tidak pernah aku bayangkan, aku tidak terbiasa dengan keadaan semacam ini, dimana aku adalah perempuan yang menjaga pergaulannya dengan laki-laki. Tapi aku bersyukur karena sebagian besar dari mereka sudah berkeluarga, dan mereka paham dengan prinsipku.
Bukan hanya itu, ada yang lebih parah. Mereka semua perokok aktif, hanya segelintir orang yang tidak.
Bayangkan, setiap pagi yang seharusnya adalah udara paling segar, tapi aku malah menghirup sesaknya asap rokok. Aku memilih bertahan, aku mencoba agar diri ini tidak manja. Mungkin ini cara Allah agar aku lebih kuat. Sebenarnya aku orang yang paling tidak tahan dengan segala macam jenis asap, apalagi rokok, sekali terhirup langsung batuk, sesak nafas, dan menutup hidung, yang mungkin bisa membuat orang lain tersinggung.
Setiap hari aku terus belajar bertahan, tanpa mengeluh, tanpa membuat orang lain tersinggung, aku hanya berharap pada kesadaran mereka agar tidak merokok di dekatku.
Sayangnya banyak yang tidak sadar, hanya satu orang yang paling peduli, yaitu Mas Taufik. Walaupun dia perokok, tapi dia mengerti keberadaanku, dia selalu menjauh ketika sedang merokok, atau kalau aku mendekat padanya langsung dia jauhkan rokok daru mulutnya itu. Bahkan dia sering menegur karyawan lain yang merokok di dekatku, good lah buat Mas Taufik. :)
Beberapa orang menyarankanku agar memakai masker, terutama Mas Taufik, tapi aku menolak, dengan alasan yaa itu, aku mau bertoleransi, di sini tempat umum, ini tempat milik bersama, aku tidak boleh egois melarang orang merokok, merokok hak mereka, dan yang terpenting aku ingin tubuh ini tidak manja lagi, aku tidak menghiraukan risiko, dan alasan lainku adalah aku takut termakan oleh mulut sendiri, barangkali Allah menakdirkanku berjodoh dengan lelaki perokok.
Alhamdulillah sedikit demi sedikit, aku bisa bersahabat dengan suasana ini. Berkecimplung di dunia laki-laki, walau aku tak pernah paham apa yang mereka bicarakan, karena aku pasif, diam, dan memang begitu seharusnya. ,Asap rokok, bukan masalah utama lagi. Karena sekarang ini kalau aku perhatikan, mereka banyak merokok di luar ruangan.

Read more »

Kamis, 05 November 2015

Start New Life 2

Senin, 10 Agustus 2015 tepatnya. Hari kedua aku masuk kerja. Perasaan nerveous dan malu masih hinggap pada diri ini.
Mba Uni mengajarkanku semua pekerjaan yang biasa ia kerjakan, yaitu pekerjaan yang nantinya akan menjadi makananku sehari -hari.
Ada satu pekerjaan yang ketika itu salah, ya sudah tidak dapat kita edit sendiri, harus berurusan dengan IT langsung.
Di hari ketiga, aku mendapatkan masalah itu, aku takut, merasa sangat bersalah, dan perasaan-perasaan buruk lainnya hinggap dalam tubuh ini, padahal sekarang, saat ini nih, masalah itu sangatlah simple untuk diputuskan. hahaa maklumlah...
Mba Uni membimbingku hanya selama 5 hari, tanggal berikutnya sudahlah jatuh tempo habis kontrak kerjanya..
Jum'at, 14 Agustus 2015 aku mulai bekerja mandiri, dan alhasil semuanya kacau. Input salah, bikin hang tag salah, dll.
Masih di hari yang sama, selepas istirahat aku dipertemukan denga orang IT, dia yang akan mengajarkanku semua pekerjaanku yang berhubungan dengan komputer.
Setengah jam aku menunggu di ruang PPIC, aku mulai merasa kesal, ini orangnya kayak apa sih sampai-sampai harus menunggu selama ini.
Ok dia datang, dan mulailah kata demi kata keluar dari mulutnya mengajarkanku.
Aku merasa kapok berurusan dengan IT, kala itu aku berjanji untuk bekerja sebaik mungkin tanpa ada kesalahan yang harus berhubungan dengan IT.
Tapi ternyata, diri ini memang bukanlah robot yang hanya dengan menekan tombol operasi maka akan beroperasi seusai dengan yang diminta, aku manusia biasa. Di awal kerjaku, aku menemukan banyak sekali masalah. Masalah yang memang aku tidak tahu apa masalahnya, boro-boro menyelesaikan. Sampai-sampai aku takut ketika telepon di ruanganku berdering, takut si penelepon mencariku dan menyampaikan komplainnya. Jantungku bergetar kala mendengar Mas Taufik bilang "Mba ada telepon", dan aku merasa tenang ketika Mas Taufik melanjutkan percakapan dengan si penelepon.
Bukan hanya itu masalah-masalahku di awal, masih banyak yang lain, nanti kuceritakan selanjutnya... :)

Read more »

Start New Life

Setelah sekian lama aku gak nulis di blog ini, akhirnya hari ini aku mulai bangkit untuk mencoba memulainya lagi.
Dulu aku gunakan sarana blog ini untuk berbagi ilmu yang pernah kudapat, tapi sekarang blog ini ku jadikan teman curhat sajalah, karena di sini, di tempat baru, dimana tempat aku menghabiskan hari di depan komputer untuk mendapatkan salary di kemudian, hehee belibet yaa bilang aja kerja, aku belum mempunyai teman yang benar-benar teman, yang bisa diajak berbagi rasa, bercanda, kemana-mana bersama.
Sudah 3 bulan aku bekerja di sini, tak apalah aku sebutkan nama perusahaannya, PT Universal Furniture Industries, perusahaan yang bergerak di bidang outdoor furniture dengan relasi buyer yang cukup luas di antero dunia.
Orang bilang, kalo kerja di sini itu yaa sudah bisa dibilang makmur kehidupannya dari segi perekonomian, karena perusahaan ini salah satu perusahaan yang memberikan salary lebih tinggi dibanding perusahaan-perusahaan sejenisnya di domisilinya, Cirebon..
Aku masuk ke sini bukan murni karena panggilan jiwa, orangtuaku lah alasan utamanya. Almarhum ayahku dulu bekerja di sini juga, yaa bisa disebut sebagai legendaris lah, hihii, karena beliau bekerja sebelum perusahaan ini dibangun, bingung kan?? Jadi gini, sebelum perusahaan ini diberdirikan, pemilik sudah mempunyai perusahaan sejenis sebelumnya, nah ayahku adalah salah satu dari karyawan perusahaan tersebut. Karir dari bawah, bawah sekali, hingga ayah mendapatkan kepercayaan terus menerus dari para atasan yang membuat ayah menduduki posisi cukup penting di perusahaan ini.
Singkat cerita, dulu, entah kapan, pastinya sebelum ayah wafat yyaa, hihii,, ayah pernah mengungkapkan keinginannya pada para atasan dan termasuk pemilik perusahaan agar aku dapat bekerja di sini setelah lulus sekolah.
Amanat ini pun disampaikan oleh ibu kepada pihak perusahaan ketika mereka berta'ziyah pada kematian ayah, disaksikan olehku pula yang saat itu masih setengah sadar dari pingsanku. Kala itu aku masih duduk di kelas XI.SMK
April 2015 selepas UN, aku mulai mengurus surat lamaran dan menyerahkannya pada perusahaan.  Yaa orang-orang di sana sudah tidak heran dengan kehadiranku. Pihak personalia pun kenal cukup dekat dengan ayahku, sembari memberikan berkas, beliau, Ibu Yuli sebut saja, bercerita sedikit tentang ayahkh dulu.
Awal Mei 2015, aku mendapat panggilan untuk tes tulis. Setiba di sana, aku disuguhkan 60 soal psikotes, ahh sudah hajar aja. Tes tulis beres, lanjut kepada praktek. Aku diminta untuk input data keuangan ke aplikasi yang sudah tersedia.
Semua tes selesai dilaksanakan, sebelum pulang pihak personalia mengatakan agar aku menunggu panggilan selanjutnya, yakni interview.
Mei, Juni, Juli kulewati tanpa kabar. Pernah sekali kuhubungi dan ku mendapat jawaban interview dilaksanakan setelah hari raya Idul Fitri.
Idul Fitri berlalu, Agustus datang. Belum juga kudapat informasi lanjut, aku bimbang, inginku melamar ke perusahaan lain, tapi aku sudah diamanatkan, dan ibu pasti tidak akan setuju. Sempat ku berpikir apakah sebenarnya aku tidak akan diterima, dan pihak perusahaan menunggu aku mundur?? Ahh aku tidak boleh pesimis, ibuku sudah memastikan aku pasti akan bisa menjadi bagian dari PT UFI, kesabaran yang harus aku tanamkan betul saat itu.
Suatu hari seorang teman meluncurkan SMS pada handphoneku, dia menawarkan pekerjaan untuk bekerja di salah satu resto di Kota Cirebon, entah untuk menduduki posisi apa, aku tidak begitu tertarik, tapi sempat ingin kucoba tawarannya, namun dengan pikir panjang, karena posisiku sedang menunggu panggilan pula.
Saat itu juga aku menghubungi pihak perusahaan lagi, dan aku mendapat balasan telepon dari kepala personila, beliau mengatakan agar aku datang esok pagi pukul 8 untuk tes lagi dengan Ibu Yuli.
Ahh mengapa tes lagi, kurang yakinkah padaku? Tanyaku dalam hati saat itu.
Jum'at, 07 Agustus 2015 pukul 8.15 aku tiba di tempat. Security memberitahu bahwa aku ingin bertemu pihak personalia. Ibu Yuli datang menghampiriku di pos security, beliau heran dengan kedatanganku, padahal bukannya kemarin Pak Wawan, kepala personalia menjajikanku untuk tes dengan Ibu Yuli?? Ahh ya sudahlah, anggap ini kejutan atas kesabaranku menunggu, hihii..
Aku duduk di ruang tunggu personalia, menunggu kepala personalia selesai dengan urusannya.
"Silahkan, mba"ujar laki-laki muda karyawan personalia.
Tidak lama ku bercakap dengan pak kepala, beliau langsung memberitahu bahwa aku ditempatkan sebagai admin Quality Control (selanjutnya disebut QC) dengan masa training 3 bulan dan upah awal Rp. 57.750,-/hari dengan jam kerja 8 jam sehari selama 5 hari dalam seminggu (Senin-Jum'at).
Pak kepala menghubungi kepala bagian QC dimana aku akan ditempatkan, tidak lama beliau datang, Pak Jaja namanya. Kuperkenalkan diri dan kusapa, kucium tangannya sebagai tanda hormatku sebagai anak kawannya.
Pak Jaja membawaku ke ruangannya, dimana tempatku akan menghabiskan hari. Kudiperkenalkan dengan karyawan-karyawan di dalamnya, kembali kuperkenalkan diri dan kusapa dengan cium tangan, karena jiwa pelajarku belum lepas, aku masih merasa menjadi siswa yang hormat kepada guru, belum muncul sama sekali jiwa sebagai karyawan dan menganggap mereka rekan kerja.
Pertama kusapa Pak Muktar, sobat karib ayahku. Kemudian di samping beliau, Mas Taufik, Adm Qc, dia memasang muka heran seheran-herannya saat kucium tangannya, hahaa, kembali lagi alasanku, aku masih merasa sebagai anak kecil di sini pada saat itu.
Mba Uni, Adm. Qc juga, yang posisinya akan kugantikan.
Pak Surtina, kabag QC, dan karyawan-karyawan lain yang tak bisa aku sebutkan satu per satu. Sebagian besar dari mereka adalah kawan karib ayahku, karena beliau menduduki posisi di QC-Produksi.
Dan sebagian besar dari mereka adalah sudah tahu akan diriku, walau hanya semasa kecil, haduhh malu rasanya. Mereka dibuat ramai dengan kemunculan diriku di tengah-tengah mereka, semoga ini awal yang baik, pikirku.
Kembali mereka dibingungkan olehku, mereka menanyakan dan memikirkan dimana aku akan tinggal, sedang rumahku sangat jauh dari sini. Aku ingat pesan ibu, agar aku menanyakan pada pemilik warung nasi di depan untuk mengontrak rumah di situ.
Sepulang kerja, Pak Jaja menghampiri warung Mba Asih namanya untuk menanyakan mengenai tempat tinggal. Alangkah baik atasanku ini..
Karena jarak dari pabrik ke jalan raya dimana aku bisa mendapatkan transportasi umum, aku diantarkan oleh Mba Uni. Sungguh semua orang baik padaku, terima kasih Ya Rabb... :)

Read more »

Kamis, 02 Juli 2015

MENGGAPAI SURGA



MENGGAPAI SURGA

Part 1 : Pertemuan itu...

“Terima kasih ya sya, lo baik banget, karena bantuan ini kemarin gue bisa pulang kampung..” Yuda memandang Arsya, sahabatnya dengan keakraban
“Oh never mind Yud, itu sih ga ada apa-apanya dibandingin kebaikan lo ke gue”Balas Asrya merendah
“Sekali lagi thanks ya sya. Eh ya, sory kemarin gue gak bisa nemenin lo nemuin Ibunya Sinta. Gimana ?”
“Gagal Yud”
“Maksud lo ?”
“Gue gak bisa yakinin ibunya, dia tetap gak setuju sama hubungan kita”
“Terus Shinta ?”
“Dia itu cewe yang patuh banget sama orang tua, kemarin calon suaminya juga didatengin kesana.”
“Wuihh parah tuh ibu-ibu, hahaa.. Terus, terus ?”Timpal Yuda spontan
“Apanya ? Udah jelas kan semuanya, mereka udah ngomongin tanggal pernikahan”
“Ya sudah, la tahzan sobat. Semua itu sudah ada yang mengatur, jodohmu udah ditentukan oleh Allah di Lauhul Mahfuz-Nya.”
“Thanks ya..”
Yuda mulai menyerutup tehnya, dan dia tiba-tiba teringat akan sesuatu.
“Eh ya gue baru inget, waktu gue pulkamp gue sempet mampir ke rumah guru ngaji. Beliau itu masih punya anak gadis. Kayanya dia cocok deh buat lo, dia itu perempuan baik-baik dan  sholehah, lo juga laki-laki yang bertanggung jawab sya”
“Apaan sih, mana mau anak kyai sama gue”
“Kok lo udah nyetop kehendak sih, kan belum dicoba”
“Yud...”
“Udahh, kita coba dulu. Minggu depan gue balik kampung lagi, biasa anak minta gue buat nyaksiin dia khataman Al-Qur’an, nah pas tuh ntar lo ngikut gue balik, sekalian gue kenalin lo sama anak guru ngajinya”
“Huahh ya lah, gue nurut aja, yang temen gue bilangin pasti bener dehh”
“Nah gitu dong, gue suka lo yang gini, semangat man..”
Arsya membalasnya dengan senyuman pelit.
“Sya, Yud, yaelah gue cari-cari..”Irsyad menyelundupkan kepala di antara bahu kedua sahabatnya
“lebay lo kaya cewe, biasa juga jam istirahat kan kita nongkrong di sini. Lo yang kemana aja, kita cari-cari juga..”Sapa Yuda cengengesan
“Hehee, sori sori tadi gue ada tugas keluar mendadak, harusnya ini tugas Bu Lina, tapi beliau sakit, jadi gue gantiin”
“Yowislah, eh syad temen lo yang satu ini lagi galau tuh. Tapi tenang udah ada obatnya...”Yuda berbicara kepada Irsyad yang sedang memesan minuman
“Apaan ?”
“Ah lo. Ntar minggu depan ikut gue pulkamp yak..”
“Ngapain ?”
“Tuh ngobatin temen lo yang lagi galau”Yuda melirikan kepala ke arah Arsya
“Ehh ehh apaan, Yuda yang maksa”Arsya menyambar pembicaraan
“Hahaa, akhirnya temen gue nih bisa ngomong juga”Yuda meledek Arysa yang dari tadi melamun menikmati tehnya
“Ee malah maen teka-teki lagi, pikiran gue lagi dicharger dulu noh di kantor”
“Oke oke. Jadi gini, ntar gue sama Arsya mau ke rumah gue, terus ntar gue kenalin si Arsya sama anak guru ngaji gue di kampung. Kayaknya mereka cocok deh”
“Lha terus Shinta gimana ?”
“Lupain aja, dia udah mau nikah kok”Arsya menjawab dengan mulut malas
“Hah ?”
“Udah syad..”Yuda mencoba membuat Irsyad mengerti akan keadaan
“Yaudah gue ikut dong kalo gitu, udah ah cabut yok, ke masjid”Irsyad mengalihkan topik
***
Tujuh hari dari pembicaraan di kantin kantor tersebut berlalu, ladang petani yang hijau dan ketukan sepatu kuda menemani perjalanan Yuda, Arsya, dan Irsyad ke kampung halaman nan asri itu. Tibalah mereka di kediaman Yuda, anak-anak dan istrinya menyambut dengan riang kedatangan mereka.
***
“Audzubillahiminasyaithonirrajim.........”
Lantunan ayat-ayat Allah mulai menghias setiap hati yang pilu, getaran hati siapa yang dengarnya semakin menjadi kala firman-Nya semakin dikumandang. Ketiga sahabat itu merasakan damainya jiwa dalam suasana. Acara khataman itu berlangsung khidmat.
***
“Aerilnya ada Pak ?”tanya Yuda kepada guru ngajinya itu
“Iya ada, sebentar lagi juga kemari”
Gadis ayu dengan jilbab menjulur menutup tubuh keluar dengan membawa minuman dan snack untuk disuguhkan kepada tamu ayahnya itu.
“Aeril, duduk sini dulu”Ujar Pak Kasim kepada putri bungsunya
Wajah ketiga pria yang duduk di sofa panjang itu berseri-seri, terpana melihat keanggunan sang putri. Namun Aeril tetap mengarahkan pandangan kosong ke bawah, agar tidak terjadinya hal-hal yang disukai syaitan.
“Nah Aeril ini lho teman-temannya Mas Yuda, mereka sengaja mampir ke sini untuk bersilaturahim. Yang ini Arsya, dan sebelahnya Irsyad”
“Saya Aeril”Aeril melempar senyum hangat kepada pemuda-pemuda itu sambil meluruskan kedua telapak tangan di bawah dagunya, tanda salam antar umat muslim laki-laki dan perempuan.
***
Mereka kembali ke kost-kost’an yang tak jauh dari tempat mereka bekerja, di pelataran rumah yang luas dengan diiringi alunan jangkrik dan terangnya rembulan, mereka mengadukan isi hati satu sama lain.
“Eh sya, menurut lo gimana ?”
“Cantik, anggun, sholeha, ahh.. istri idaman deh”
“Alhamdulillah syukurlah, jadi ?”
“Gue takut Yud”
Yuda memalingkan wajahnya ke arah Arsya yang semakin serius membahasnya.
“Gue takut gak diterima sama keluarganya, gue orang biasa-biasa aja, sedangkan dia....”
Yuda semakin serius menyimak pembicaraan sahabatnya itu.
“gue takut gak bisa jadi imam yang baik buat dia, dia terlalu baik buat gue, gue takut salah mengarahkan. Jadi sebelum itu terjadi, gue....lo ngerti lah.”
“Mana Arsya yang selalu optimis ? Arsya yang selalu percaya diri ? yang selalu konsisten”Yuda berusaha membangun semangat Arsya
“Ini beda masalahnya Yud, ini menyangkut kehidupan sampai akhir nanti”
“Tapi kan sya, setiap manusia itu pasti punya kelebihan dan kekurangan, dan itulah fungsi suami dan istri, saling melengkapi, dengan kelebihan dia bisa menutupi kekurangan lo, dan sebaliknya kekurangan dia bisa lo tutup dengan kelebihan yang lo punya”Tambah Irsyad meyakinkan
“Ini baru awal aja sya, gue yakin kalo lo belum berfikir matang, lo baru berpendapat di awal”Yuda lebih menekankan pendapat
“Gue udah pikirin matang-matang, buktinya gue udah nilai masa depan nanti. Lagian gue...”
“Kenapa ? Shinta ?”
“Lo tau lah itu..”
“Sya, buka mata lo, buka pikiran lo, hati lo, Shinta itu udah mau jadi istri orang lain.”
“Gue sadar kok, dan karena kesadaran gue itu yang gue takutin. Guetakut nyakitin Aeril nanti, gue takut dia tau kalo gue masih nyimpen rasa terlarang ini”
“Lagian kan lo gak bakal nikahin Aeril dalam waktu dekat ini, lo bisa lah gunain waktu itu buat lupain Shinta”
“Terlalu berat Syad”
“Jadi ?”Pinta Yuda keputusan
Arsya hanya mengerutkan alis mata kanannya sambil mengangkat kedua bahunya..
***
“Yud, ngapain lo ?”Irsyad menghampiri kamar tetangga di kost-kostannya
“Biasa, purchasing, belum sempet gue kelarin di kantor”
“Oh.”
“kenapa ?”
“Biasa”
“Cewe ?”
“Bukan”
“Terus ?”
“Wanita”
“Sama aja”
“Beda Yud, cewe kan yang biasa. Kalo wanita itu...........”
“Apa ?”
“Kaya Aeril”
“What ?”
“Sebenernya gue agak lega juga si Arsya gak suka sama Aeril, jujur gue kaya baru liat wanita yang bener-bener wanita..”
“Gue sih sebagai sahabat support aja sih, Insya Allah gue bisa bantu”
“Tapi gimana Arsya ?”
“dia kan udah bilang gak cocok, dia itu konsist, satu keputusan udah diambil ya udah, ga bakal change”
Irsyad menyampaikan jawaban dengan senyuman.
“Udah tenang aja, bantuin orang dalam hal beribadah kan dapat pahala. Ntar gue hubungi Pak Kasim”
***
“Wah saya gak menyangka lhoo, Yuda bilang kan dia mau mengenalkan Aeril dengan kamu sya, kok ini malah Irsyad yang kecantol..” Ucap Pak Kasim ketika ketiga pemuda itu mampir lagi ke rumahnya untuk menyatakan maksud Irsyad
***
Lamaran sudah dilakukan oleh keluarga Irsyad kepada Aeril, dan lamaran itu langsung diterima olehnya. Pernikahan dirancang 3 bulan lagi.
Di waktu yang tidak panjang itu, Irsyad gunakan untuk dirinya mempelajari Islam secara kaffah, karena ia sadar, ia adalah calon imam di keluarganya kelak, walaupun kelebihan calon istrinya dalam hal agama sangatlah banyak, ia tak boleh mengandalkannya, ia tetaplah pemimpin baginya kelak.
***
“Sah...”Serentak orang-orang yang menyaksikan akad nikah Irsyad dan Aeril berucap
“Alhamdulillah, barakallahulakumabaraka...................”Penghulu menutup do’anya
***
Malam hari, di kamar bak istana bagi Irsyad dan Aeril..
“Kamu tahu, waktu pertama kali aku ke rumahmu. Ketika aku sudah pulang, malam itu rasanya aku pengen lihat kamu lagi, andai aja jarak rumah kita dekat, aku pasti datangi lagi ke rumahmu”Ujar Irsyad
Aeril membalasnya dengan senyuman manja..
“Dan tahukah kamu, sewaktu aku baru keluar untuk menyuguhkan minuman, mataku sempat tertarik untuk tetap melihatmu, dan dalam hati aku berharap agar ada kesempatan untuk berkenalan denganmu”
“Wuihh kamu nih, curi-curi pandang ternyata..”
“Hahaha....”mereka berdua tertawa lepas dalam bahagia bersama
Read more »

Keimananku



KEIMANANKU
Jarum jam menunjukkan pukul 03.07 seperti biasa, Fayyasha Salsabila terbangun, ternyata hanya mematikan alarm saja. Lantunan sholawat dari pengeras suara masjid mulai terdengar, menandakan fajar mulai terbit.
“Lihat-lihatlah bunga andai kumekar..............”, dering alarm handphone berbunyi beberapa kali, namun itu tidak berefek pada tidur Fay. Lagi-lagi Fay mensnozingkan alarmnya. “Aaaa jam setengah 6” teriaknya sambil mematikan alarm handphone itu, lagi-lagi dia kesiangan. Hal itu sudah menjadi kebiasaan buruk yang telah dikembangkannya semenjak liburan kenaikan kelas, hanya berbekal keinginan untuk bangun malam dan sholat, Fay memasang alarm pukul 03.07, namun apa yang terjadi ? Nihil, sholat tidak jadi, kesiangan buntutnya..
Hari itu hari pertamanya masuk ke tingkat XI setelah libur panjang. Mandi, sholat Subuh, siap-siap, dan pukul 06.27 bergegas menaiki sepedanya biru mudanya untuk berangkat ke sekolah.
“udah berangkat belum ?”, satu pesan masuk dari Furqon, pacarnya, dan mantan teman satu kelasnya. Kini mereka berbeda kelas, Furqon di XI IPA3 sedangkan Fay ada di XI IPA1.
“Udah, lagi di jalan nih..”balasnya.
“Hati-hati yaa.. pesan masuk lagi darinya.
Mereka berdua memang sudah dekat sekali, karena kebetulan Pak Hadi, ayah Fay adalah pelanggan setia barber shop Pak Alfian, sang pemilik sekaligus ayah dari Furqon.
Fay tiba di sekolah, karena itu baru hari pertama masuk sekolah lagi, dewan guru masuk kelas hanya untuk memperkenalkan diri dan sekadar berbincang ringan tentang pengalaman, atau sekadar memberikan masukan yang membangun saja.
**
 “Ayah kamu lagi di tempa ayahku tuh”Ucap Furqon kepada Fay yang jalan di sampingnya, sepulang sekolah itu
“Yaa teruss ?”
“Biasaa, serbu es kelapa”
“Let’s go !”
**
Furqon dan Fay juga berada dalam satu ekskul yang sama di sekolah, mereka aktivis Remas. Awalnya mereka ikut ekskul itu hanya untuk mengisi waktu luang, dan karena mereka tertarik dengan tim hadroh juga, kalau band-band kan sudah biasa katanya, maksudnya cari yang beda gituu....
Terus berkecimplung dengan lingkungan yang Islami, ditambah mereka juga bergabung dengan komunitas dakwah sekolah di bawah naungan Remasnya, walaupun bukan sebagai tutor, mereka semakin paham bagaimana Islam yang sebenarnya.
Lama-kelamaan Furqon dan Fay mengerti bagaimana hubungan antara laki-laki dan perempuan seharusnya, mereka menyadari kesalahan itu, akhirnya mereka menjauh, menjauh, dan menjauh.
“Fur..”begitu pesan BBM yang diluncurkan Fay kepada Furqon
“yaa ?”
“kamu tau apa salah kita ?”
“Iya Fay, aku tahu banget. Ternyata selama ini kita salah besar, kita telah terjerumus dalam kemaksiatan yang mendalam, mendekati zina yang sangat dilarang oleh Allah”
“Iya Fur, kamu ngerti kan maksud aku ?”
“I see, dan memang ini yang ingin aku sampaikan juga. Lebih baik sekarang kita jalan masing-masing sesuai dengan jalan yang Allah tunjukkan, kita fokus sekolah, dan lagian sebentar lagi kita kelas XII, pasti membutuhkan konsentrasi full untuk persiapan ujian”
“Syukur kalau kamu udah tahu maksud pesanku ini, dan itu memang yang terbaik untuk kita. Insya Allah jika kita ditakdirkan berjodoh oleh Allah, kita akan dipersatukan oleh-Nya dengan ikatan yang sah”
“Insya Allah..”
***
Walaupun Furqon dan Fay sudah tidak berpacaran, Furqon tetap dekat dengan ayah Fay, karena beliau masih pelanggan setianya. Kedua orang tua itu memang tidak mengetahui bahwa Furqon dan Fay pernah ada hubungan spesial, mereka hanya sebatas tahu Furqon dan Fay adalah teman satu sekolah.
***
Saat penentuan nasib masa depan tiba, penentuan lulus atau tidaknya siswa diumumkan pada hari ini. Semua siswa tentu mempunyai perasaan sama, senang, gembira, sedih, takut, cemas, dan yang lainnya.
“Seluruh siswa kelas XII dinyatakan 100% lulus”Wakasek Kurikulum mengumumkan
“Yee,,,, alhamdulillah, terima kasih Ya Allah........”Ungkapan-ungkapan itu terlontar dari mulut setiap siswa
Mereka melanjutkan ke perguruan tinggi, namun ada juga yang terjun ke dunia kerja juga.
Furqon terbang ke Australia untuk menggapai mimpi masuk perguruan tinggi idamannya, sedangkan Fay tetap ada di Indonesia, masuk perguruan tinggi yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
***
Perkuliahan mulai berjalan, dan kini Fay sudah masuk semester 3.
“Kawanku itu naksir kau katanya Fay.. itu loh anak yang dari Fakultas Sastra Inggris”Ujar Niswa, sahabatnya di kampus
Fay hanya melebarkan bibir, sehingga terlihat matanya yang sayu itu.
“ahh kau nih Fay, selalu macam tu setiap kali aku bahas pria-pria yang suka kau”
“Ya, lalu aku harus jawab apa ? Kau kan tahu bagaimana aku ? Kuliah saja baru semester 3 kok”
“Ye lah ye lahh..”
***
“Andai matahari di tangan kananku takkan mampu mengubah yakinku, terpatri dan takkan terbeli dalam lubuk hati. Bilakah rembulan di tangan kiriku takkan sanggup mengganti imanku, jiwa dan raga ini apapun adanya”Lagu-lagu dari Edcoustic selalu diputar setiap kali Fay sedang mengerjakan tugas-tugas kuliahnya itu..
“Fay..”Ibunya menghampiri dan duduk dekat Fay sambil memperhatikan anaknya itu
Fay melontarkan senyuman.
“Kamu ingat Fahmi anak teman ibu yang waktu itu mengantar ibunya kemari ?”
“Hhhmmm.....”Fay berusaha mengingat-ingat karena waktu itu ia hanya melihatnya akan pergi, Fay baru pulang dari kampus ketika itu
“Yaa ingat, kenapa dengannya bu ?”
“Dia sekarang sudah menjadi guru PAI di SMP”
“Lalu ?”
“Dan kemarin dia kesini untuk melamarmu ?”
“ha ?”Fay kaget bukan kepalang. Sebenarnya Fahmi sering melihat Fay di jalan saat dia pulang kerja, dan sering menanyakannya kepada ibunya, dan ibu keduanyalah yang sudah saling mengenalkan satu sama lain sebenarnya
“Ekspresi yang bagus nak, hehee...”Ibunya meledek
“Ahh ibu ada-ada aja.. Bu, Fay masih belum kepikiran tentang hal itu, Fay masih ingin menyelesaikan kuliah”
“Kamu gak usah terburu-buru mengambil keputusan kok, Fahmi juga tidak memaksa untuk meminta jawaban cepat-cepat”
“Yasudah ibu kasih aja lagu Edcoustic yang judulnya ‘Nantikanku di Batas Waktu’ kepadanya, hehee..”
“Hehe kamu nihh..”
“Tapi Fay tidak memaksa dia untuk menunggu, kalau dia tidak sabar dan ada perempuan yang disuka lagi, tidak apa-apa”
“Iya ibu paham, nanti ibu sampaikan kepadanya”
Tapi satu tahun kemudian Fahmi mengantarkan undangan dan meminta restu kepada ibu Fay untuk pernikhannya. Ternyata dia telah dijodohkan dengan salah satu putri dosennya yang dulu sangat dekat dengan Fahmi ketika Fahmi menjadi asdos.
***
4 tahun kemudian..
Furqon lulus dengan gelar S1nya, begitupun Fay. Dan mereka bekerja di perusahaan yang sama pula. Fay menempati posisi Customer Service, dan Furqon berada di ruangan bagian Keuangan.
“Ini berkas-berkas yang bapak minta”Fay memberikan dokumen kepada salah satu karyawan
Hati Mastan gemetar menerima map dari Fay, jantungnya berdetak tak menentu, namun sejuk ketika melihat wajah perempuan yang memakai krudung panjang itu.
***
Jam istirahat.
“Cust.service kita itu...”
“Oh Fay, dia temenku itu sewaktu SMA”Belum selesai Mastan berbicara, Furqon langsung melanjutkan saja
Mastan dan Furqon adalah teman satu kampus dulu di Australia. Matan Vai Nath si bule blasteran Indo-Australia ini juga keponakan dari pemilik cabang perusahaan ini.
“Ohh, I just know her”Mastan sambil melanjutkan makannya
“Kenapa ? do u like her ?”
“Ekhm, udah lanjutin aja makannya”Mastan tersendak dan mengambil air minum
***
“Fur, aku terus terpikirkan ucapanmu kemarin-kemarin ?”
“yang mana ?”
Mastan hanya menatap wajah Furqon.
“Ohh, hahahaa..... I think so”Ledek Furqon
“Dekatkan aku dengannya”Pinta Mastan semangat
“How ?”
“Firstly, u must teach me about Islam”
“Subhanallah.. Realy ? Tapi kamu harus benar-benar serius mempelajari Islam, harus atas kemauan diri dan tulus dari hati, bukan karena mau mendapatkan Fay. Karena niat kamu itulah yang menentukan apakah kamu berhasil mendapatkan pelajarannya atau tidak”
“OK, buddy..”Mastan meyakinkan sobatnya itu
Mastan sudah tertarik dengan Islam dari dulu, karena dia sangatlah akrab dengan Furqon. Dia sering menemani Furqon pergi ke masjid, melihatnya membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
***
Sejak saat itu, Mastan sering membaca buku-buku tentang Islam dari koleksi buku di masjid kantornya. Buku tuntunan sholat, kisah-kisah nabi dan rasul, dan lain-lainnya.
Mastan bersyahadat di depan para saksi. Furqon tak susah menuntunnya mendalami Islam, karena dia banyak mengajarinya dengan praktek, kalau teori kan Mastan sudah sedikit menguasai.
***
Furqon semakin dekat dengan orang tua Fay, bahkan ayah mereka berencana menjodohkan keduanya. Padahal niat Furqon saat ini adalah memperkenalkan Mastan kepada keluarga Fay. Lambat laun orang tua Fay mengerti maksud mereka, dan ibu Fay pun sering bercerita tentang Mastan dan Furqon kepada Fay.
Fay juga diam-diam menaruh hati kepada Mastan, pria yang semakin hari semakin taat beribadah. Mereka memang tidak dekat di kantor, tegur sapa pun jarang terjadi, hanya sebatas urusan pekerjaan saja mereka berinteraksi.
Namun Fay mengira Furqon lah yang sedang mendekatinya melalui ayahnya itu.
***
“Fay..”inbox facebook dari Mastan begitu, jarang sekali Mastan menghubungi Fay via facebook
“Ya ?” Fay membalas heran, tak biasa-biasanya Mastan seperti itu
“Will u marry me ?”
“Maksudnya ?”
“Will u be my wife ?”
“Siapa ini ?”
“Will u be mine ?”
“Hey kamu siapa ? Jangan bajak facebook orang sampai segitunya” Fay mulai geram
“Jangan marah-marah, keluar rumah dong”
Tubuh Fay seketika membeku ketika melihat Mastan dan Furqon sudah berada di depan rumahnya, Fay tersipu malu, mulut tak dapat berkata banyak.
“Furqon, Mastan ?”
Mereka hanya tersenyum..
“Masuk masuk, dan silahkan duduk” Fay gugup sebenarnya, dia berusaha menutupi apa yang sedang dirasakannya itu
Furqon dan Mastan menunggu di ruangan tamu, dan tak lama kemudian ayah dan ibu Fay datang menemui mereka seperti biasa, sembari Fay menyiapkan suguhan tamu.
Belum sempat mereka memulai pembicaraan
“Assalamu’alaikum..”terdengar suara Ibu Mastan yang telah berjanji pada anaknya untuk menyusul ketika selesai dari pengajian. Ternyata pengaruh keislaman Mastan besar, kini sebagian besar anggota keluarganya sudah menjadi mualaf, termasuk ibunya.
Ibu Mastan hanya datang sendiri, karena ayah Mastan masih ada pekerjaan di Australia.
***
“Jadi begini, maksud kedatangan kami kemari adalah untuk melamar putri bapak, Fayyasha Salsabila untuk menjadi istri anak saya, Matan Vai Nath”Ibu Mastan memulai
“Alhamdulillah, tapi kita sebagai orang tua sih hanya bisa merestui saja, masalah jawabannya itu kan tergantung Fay sendiri”Jawab Ayah Fay
“Fay, bagaimana ?”Tanya ibu Mastan
Fay gugup, semuanya terdiam, berisap mendengar jawaban dari Fay, “Bismillah. Insya Allah Fay siap menjadi pendamping hidup Mastan”
“Alhamdulillah..”Seisi ruangan serempak mengucap syukur
Furqon menatap keduanya dengan penuh kebahagiaan, “ciee selamat yaa..”
Mastan dan Fay tertunduk malu....
~The End~
Read more »