Kamis, 02 Juli 2015

MENGGAPAI SURGA



MENGGAPAI SURGA

Part 1 : Pertemuan itu...

“Terima kasih ya sya, lo baik banget, karena bantuan ini kemarin gue bisa pulang kampung..” Yuda memandang Arsya, sahabatnya dengan keakraban
“Oh never mind Yud, itu sih ga ada apa-apanya dibandingin kebaikan lo ke gue”Balas Asrya merendah
“Sekali lagi thanks ya sya. Eh ya, sory kemarin gue gak bisa nemenin lo nemuin Ibunya Sinta. Gimana ?”
“Gagal Yud”
“Maksud lo ?”
“Gue gak bisa yakinin ibunya, dia tetap gak setuju sama hubungan kita”
“Terus Shinta ?”
“Dia itu cewe yang patuh banget sama orang tua, kemarin calon suaminya juga didatengin kesana.”
“Wuihh parah tuh ibu-ibu, hahaa.. Terus, terus ?”Timpal Yuda spontan
“Apanya ? Udah jelas kan semuanya, mereka udah ngomongin tanggal pernikahan”
“Ya sudah, la tahzan sobat. Semua itu sudah ada yang mengatur, jodohmu udah ditentukan oleh Allah di Lauhul Mahfuz-Nya.”
“Thanks ya..”
Yuda mulai menyerutup tehnya, dan dia tiba-tiba teringat akan sesuatu.
“Eh ya gue baru inget, waktu gue pulkamp gue sempet mampir ke rumah guru ngaji. Beliau itu masih punya anak gadis. Kayanya dia cocok deh buat lo, dia itu perempuan baik-baik dan  sholehah, lo juga laki-laki yang bertanggung jawab sya”
“Apaan sih, mana mau anak kyai sama gue”
“Kok lo udah nyetop kehendak sih, kan belum dicoba”
“Yud...”
“Udahh, kita coba dulu. Minggu depan gue balik kampung lagi, biasa anak minta gue buat nyaksiin dia khataman Al-Qur’an, nah pas tuh ntar lo ngikut gue balik, sekalian gue kenalin lo sama anak guru ngajinya”
“Huahh ya lah, gue nurut aja, yang temen gue bilangin pasti bener dehh”
“Nah gitu dong, gue suka lo yang gini, semangat man..”
Arsya membalasnya dengan senyuman pelit.
“Sya, Yud, yaelah gue cari-cari..”Irsyad menyelundupkan kepala di antara bahu kedua sahabatnya
“lebay lo kaya cewe, biasa juga jam istirahat kan kita nongkrong di sini. Lo yang kemana aja, kita cari-cari juga..”Sapa Yuda cengengesan
“Hehee, sori sori tadi gue ada tugas keluar mendadak, harusnya ini tugas Bu Lina, tapi beliau sakit, jadi gue gantiin”
“Yowislah, eh syad temen lo yang satu ini lagi galau tuh. Tapi tenang udah ada obatnya...”Yuda berbicara kepada Irsyad yang sedang memesan minuman
“Apaan ?”
“Ah lo. Ntar minggu depan ikut gue pulkamp yak..”
“Ngapain ?”
“Tuh ngobatin temen lo yang lagi galau”Yuda melirikan kepala ke arah Arsya
“Ehh ehh apaan, Yuda yang maksa”Arsya menyambar pembicaraan
“Hahaa, akhirnya temen gue nih bisa ngomong juga”Yuda meledek Arysa yang dari tadi melamun menikmati tehnya
“Ee malah maen teka-teki lagi, pikiran gue lagi dicharger dulu noh di kantor”
“Oke oke. Jadi gini, ntar gue sama Arsya mau ke rumah gue, terus ntar gue kenalin si Arsya sama anak guru ngaji gue di kampung. Kayaknya mereka cocok deh”
“Lha terus Shinta gimana ?”
“Lupain aja, dia udah mau nikah kok”Arsya menjawab dengan mulut malas
“Hah ?”
“Udah syad..”Yuda mencoba membuat Irsyad mengerti akan keadaan
“Yaudah gue ikut dong kalo gitu, udah ah cabut yok, ke masjid”Irsyad mengalihkan topik
***
Tujuh hari dari pembicaraan di kantin kantor tersebut berlalu, ladang petani yang hijau dan ketukan sepatu kuda menemani perjalanan Yuda, Arsya, dan Irsyad ke kampung halaman nan asri itu. Tibalah mereka di kediaman Yuda, anak-anak dan istrinya menyambut dengan riang kedatangan mereka.
***
“Audzubillahiminasyaithonirrajim.........”
Lantunan ayat-ayat Allah mulai menghias setiap hati yang pilu, getaran hati siapa yang dengarnya semakin menjadi kala firman-Nya semakin dikumandang. Ketiga sahabat itu merasakan damainya jiwa dalam suasana. Acara khataman itu berlangsung khidmat.
***
“Aerilnya ada Pak ?”tanya Yuda kepada guru ngajinya itu
“Iya ada, sebentar lagi juga kemari”
Gadis ayu dengan jilbab menjulur menutup tubuh keluar dengan membawa minuman dan snack untuk disuguhkan kepada tamu ayahnya itu.
“Aeril, duduk sini dulu”Ujar Pak Kasim kepada putri bungsunya
Wajah ketiga pria yang duduk di sofa panjang itu berseri-seri, terpana melihat keanggunan sang putri. Namun Aeril tetap mengarahkan pandangan kosong ke bawah, agar tidak terjadinya hal-hal yang disukai syaitan.
“Nah Aeril ini lho teman-temannya Mas Yuda, mereka sengaja mampir ke sini untuk bersilaturahim. Yang ini Arsya, dan sebelahnya Irsyad”
“Saya Aeril”Aeril melempar senyum hangat kepada pemuda-pemuda itu sambil meluruskan kedua telapak tangan di bawah dagunya, tanda salam antar umat muslim laki-laki dan perempuan.
***
Mereka kembali ke kost-kost’an yang tak jauh dari tempat mereka bekerja, di pelataran rumah yang luas dengan diiringi alunan jangkrik dan terangnya rembulan, mereka mengadukan isi hati satu sama lain.
“Eh sya, menurut lo gimana ?”
“Cantik, anggun, sholeha, ahh.. istri idaman deh”
“Alhamdulillah syukurlah, jadi ?”
“Gue takut Yud”
Yuda memalingkan wajahnya ke arah Arsya yang semakin serius membahasnya.
“Gue takut gak diterima sama keluarganya, gue orang biasa-biasa aja, sedangkan dia....”
Yuda semakin serius menyimak pembicaraan sahabatnya itu.
“gue takut gak bisa jadi imam yang baik buat dia, dia terlalu baik buat gue, gue takut salah mengarahkan. Jadi sebelum itu terjadi, gue....lo ngerti lah.”
“Mana Arsya yang selalu optimis ? Arsya yang selalu percaya diri ? yang selalu konsisten”Yuda berusaha membangun semangat Arsya
“Ini beda masalahnya Yud, ini menyangkut kehidupan sampai akhir nanti”
“Tapi kan sya, setiap manusia itu pasti punya kelebihan dan kekurangan, dan itulah fungsi suami dan istri, saling melengkapi, dengan kelebihan dia bisa menutupi kekurangan lo, dan sebaliknya kekurangan dia bisa lo tutup dengan kelebihan yang lo punya”Tambah Irsyad meyakinkan
“Ini baru awal aja sya, gue yakin kalo lo belum berfikir matang, lo baru berpendapat di awal”Yuda lebih menekankan pendapat
“Gue udah pikirin matang-matang, buktinya gue udah nilai masa depan nanti. Lagian gue...”
“Kenapa ? Shinta ?”
“Lo tau lah itu..”
“Sya, buka mata lo, buka pikiran lo, hati lo, Shinta itu udah mau jadi istri orang lain.”
“Gue sadar kok, dan karena kesadaran gue itu yang gue takutin. Guetakut nyakitin Aeril nanti, gue takut dia tau kalo gue masih nyimpen rasa terlarang ini”
“Lagian kan lo gak bakal nikahin Aeril dalam waktu dekat ini, lo bisa lah gunain waktu itu buat lupain Shinta”
“Terlalu berat Syad”
“Jadi ?”Pinta Yuda keputusan
Arsya hanya mengerutkan alis mata kanannya sambil mengangkat kedua bahunya..
***
“Yud, ngapain lo ?”Irsyad menghampiri kamar tetangga di kost-kostannya
“Biasa, purchasing, belum sempet gue kelarin di kantor”
“Oh.”
“kenapa ?”
“Biasa”
“Cewe ?”
“Bukan”
“Terus ?”
“Wanita”
“Sama aja”
“Beda Yud, cewe kan yang biasa. Kalo wanita itu...........”
“Apa ?”
“Kaya Aeril”
“What ?”
“Sebenernya gue agak lega juga si Arsya gak suka sama Aeril, jujur gue kaya baru liat wanita yang bener-bener wanita..”
“Gue sih sebagai sahabat support aja sih, Insya Allah gue bisa bantu”
“Tapi gimana Arsya ?”
“dia kan udah bilang gak cocok, dia itu konsist, satu keputusan udah diambil ya udah, ga bakal change”
Irsyad menyampaikan jawaban dengan senyuman.
“Udah tenang aja, bantuin orang dalam hal beribadah kan dapat pahala. Ntar gue hubungi Pak Kasim”
***
“Wah saya gak menyangka lhoo, Yuda bilang kan dia mau mengenalkan Aeril dengan kamu sya, kok ini malah Irsyad yang kecantol..” Ucap Pak Kasim ketika ketiga pemuda itu mampir lagi ke rumahnya untuk menyatakan maksud Irsyad
***
Lamaran sudah dilakukan oleh keluarga Irsyad kepada Aeril, dan lamaran itu langsung diterima olehnya. Pernikahan dirancang 3 bulan lagi.
Di waktu yang tidak panjang itu, Irsyad gunakan untuk dirinya mempelajari Islam secara kaffah, karena ia sadar, ia adalah calon imam di keluarganya kelak, walaupun kelebihan calon istrinya dalam hal agama sangatlah banyak, ia tak boleh mengandalkannya, ia tetaplah pemimpin baginya kelak.
***
“Sah...”Serentak orang-orang yang menyaksikan akad nikah Irsyad dan Aeril berucap
“Alhamdulillah, barakallahulakumabaraka...................”Penghulu menutup do’anya
***
Malam hari, di kamar bak istana bagi Irsyad dan Aeril..
“Kamu tahu, waktu pertama kali aku ke rumahmu. Ketika aku sudah pulang, malam itu rasanya aku pengen lihat kamu lagi, andai aja jarak rumah kita dekat, aku pasti datangi lagi ke rumahmu”Ujar Irsyad
Aeril membalasnya dengan senyuman manja..
“Dan tahukah kamu, sewaktu aku baru keluar untuk menyuguhkan minuman, mataku sempat tertarik untuk tetap melihatmu, dan dalam hati aku berharap agar ada kesempatan untuk berkenalan denganmu”
“Wuihh kamu nih, curi-curi pandang ternyata..”
“Hahaha....”mereka berdua tertawa lepas dalam bahagia bersama

0 komentar:

Posting Komentar