KEIMANANKU
Jarum jam
menunjukkan pukul 03.07 seperti biasa, Fayyasha Salsabila terbangun, ternyata hanya mematikan alarm
saja. Lantunan sholawat dari pengeras suara masjid mulai terdengar, menandakan
fajar mulai terbit.
“Lihat-lihatlah
bunga andai kumekar..............”, dering
alarm handphone berbunyi beberapa kali, namun itu tidak berefek pada tidur Fay.
Lagi-lagi Fay mensnozingkan alarmnya. “Aaaa jam setengah 6” teriaknya sambil mematikan alarm handphone itu, lagi-lagi dia kesiangan. Hal itu sudah menjadi
kebiasaan buruk yang telah dikembangkannya semenjak liburan kenaikan kelas,
hanya berbekal keinginan untuk bangun malam dan sholat, Fay memasang alarm
pukul 03.07, namun apa yang terjadi ? Nihil, sholat tidak jadi, kesiangan buntutnya..
Hari itu hari
pertamanya masuk ke tingkat XI setelah libur panjang. Mandi, sholat Subuh,
siap-siap, dan pukul 06.27
bergegas menaiki sepedanya biru mudanya untuk
berangkat ke sekolah.
“udah berangkat
belum ?”, satu pesan masuk dari Furqon, pacarnya, dan mantan teman satu
kelasnya. Kini mereka berbeda kelas, Furqon di XI IPA3 sedangkan Fay
ada
di XI IPA1.
“Udah, lagi di
jalan nih..”balasnya.
“Hati-hati yaa..” pesan
masuk lagi darinya.
Mereka berdua memang sudah dekat sekali, karena kebetulan Pak Hadi, ayah
Fay adalah pelanggan setia barber shop Pak Alfian, sang pemilik sekaligus ayah
dari Furqon.
Fay tiba di sekolah, karena itu baru hari pertama masuk sekolah lagi, dewan
guru masuk kelas hanya untuk memperkenalkan diri dan sekadar berbincang ringan
tentang pengalaman, atau sekadar memberikan masukan yang membangun saja.
**
“Ayah kamu lagi di tempa ayahku
tuh”Ucap Furqon kepada Fay yang jalan di sampingnya, sepulang sekolah itu
“Yaa teruss ?”
“Biasaa, serbu es kelapa”
“Let’s go !”
**
Furqon dan Fay juga berada dalam satu ekskul yang sama di sekolah, mereka
aktivis Remas. Awalnya mereka ikut ekskul itu hanya untuk mengisi waktu luang,
dan karena mereka tertarik dengan tim hadroh juga, kalau band-band kan sudah
biasa katanya, maksudnya cari yang beda gituu....
Terus berkecimplung dengan lingkungan yang Islami, ditambah mereka juga
bergabung dengan komunitas dakwah sekolah di bawah naungan Remasnya, walaupun
bukan sebagai tutor, mereka semakin paham bagaimana Islam yang sebenarnya.
Lama-kelamaan Furqon dan Fay mengerti bagaimana hubungan antara laki-laki
dan perempuan seharusnya, mereka menyadari kesalahan itu, akhirnya mereka
menjauh, menjauh, dan menjauh.
“Fur..”begitu pesan BBM yang diluncurkan Fay kepada Furqon
“yaa ?”
“kamu tau apa salah kita ?”
“Iya Fay, aku tahu banget. Ternyata selama ini kita salah besar, kita telah
terjerumus dalam kemaksiatan yang mendalam, mendekati zina yang sangat dilarang
oleh Allah”
“Iya Fur, kamu ngerti kan maksud aku ?”
“I see, dan memang ini yang ingin aku sampaikan juga. Lebih baik sekarang kita
jalan masing-masing sesuai dengan jalan yang Allah tunjukkan, kita fokus
sekolah, dan lagian sebentar lagi kita kelas XII, pasti membutuhkan konsentrasi
full untuk persiapan ujian”
“Syukur kalau kamu udah tahu maksud pesanku ini, dan itu memang yang
terbaik untuk kita. Insya Allah jika kita ditakdirkan berjodoh oleh Allah, kita
akan dipersatukan oleh-Nya dengan ikatan yang sah”
“Insya Allah..”
***
Walaupun Furqon dan Fay sudah tidak berpacaran, Furqon tetap dekat dengan
ayah Fay, karena beliau masih pelanggan setianya. Kedua orang tua itu memang
tidak mengetahui bahwa Furqon dan Fay pernah ada hubungan spesial, mereka hanya
sebatas tahu Furqon dan Fay adalah teman satu sekolah.
***
Saat penentuan nasib masa depan tiba, penentuan lulus atau tidaknya siswa
diumumkan pada hari ini. Semua siswa tentu mempunyai perasaan sama, senang,
gembira, sedih, takut, cemas, dan yang lainnya.
“Seluruh siswa kelas XII dinyatakan 100% lulus”Wakasek Kurikulum
mengumumkan
“Yee,,,, alhamdulillah, terima kasih Ya Allah........”Ungkapan-ungkapan itu
terlontar dari mulut setiap siswa
Mereka melanjutkan ke perguruan tinggi, namun ada juga yang terjun ke dunia
kerja juga.
Furqon terbang ke Australia untuk menggapai mimpi masuk perguruan tinggi
idamannya, sedangkan Fay tetap ada di Indonesia, masuk perguruan tinggi yang
tak jauh dari tempat tinggalnya.
***
Perkuliahan mulai berjalan, dan kini Fay sudah masuk semester 3.
“Kawanku itu naksir kau katanya Fay.. itu loh anak yang dari Fakultas
Sastra Inggris”Ujar Niswa, sahabatnya di kampus
Fay hanya melebarkan bibir, sehingga terlihat matanya yang sayu itu.
“ahh kau nih Fay, selalu macam tu setiap kali aku bahas pria-pria yang suka
kau”
“Ya, lalu aku harus jawab apa ? Kau kan tahu bagaimana aku ? Kuliah saja
baru semester 3 kok”
“Ye lah ye lahh..”
***
“Andai matahari di tangan kananku takkan mampu mengubah yakinku, terpatri
dan takkan terbeli dalam lubuk hati. Bilakah rembulan di tangan kiriku takkan
sanggup mengganti imanku, jiwa dan raga ini apapun adanya”Lagu-lagu dari
Edcoustic selalu diputar setiap kali Fay sedang mengerjakan tugas-tugas
kuliahnya itu..
“Fay..”Ibunya menghampiri dan duduk dekat Fay sambil memperhatikan anaknya
itu
Fay melontarkan senyuman.
“Kamu ingat Fahmi anak teman ibu yang waktu itu mengantar ibunya kemari ?”
“Hhhmmm.....”Fay berusaha mengingat-ingat karena waktu itu ia hanya
melihatnya akan pergi, Fay baru pulang dari kampus ketika itu
“Yaa ingat, kenapa dengannya bu ?”
“Dia sekarang sudah menjadi guru PAI di SMP”
“Lalu ?”
“Dan kemarin dia kesini untuk melamarmu ?”
“ha ?”Fay kaget bukan kepalang. Sebenarnya Fahmi sering melihat Fay di
jalan saat dia pulang kerja, dan sering menanyakannya kepada ibunya, dan ibu
keduanyalah yang sudah saling mengenalkan satu sama lain sebenarnya
“Ekspresi yang bagus nak, hehee...”Ibunya meledek
“Ahh ibu ada-ada aja.. Bu, Fay masih belum kepikiran tentang hal itu, Fay
masih ingin menyelesaikan kuliah”
“Kamu gak usah terburu-buru mengambil keputusan kok, Fahmi juga tidak
memaksa untuk meminta jawaban cepat-cepat”
“Yasudah ibu kasih aja lagu Edcoustic yang judulnya ‘Nantikanku di Batas
Waktu’ kepadanya, hehee..”
“Hehe kamu nihh..”
“Tapi Fay tidak memaksa dia untuk menunggu, kalau dia tidak sabar dan ada
perempuan yang disuka lagi, tidak apa-apa”
“Iya ibu paham, nanti ibu sampaikan kepadanya”
Tapi satu tahun kemudian Fahmi mengantarkan undangan dan meminta restu
kepada ibu Fay untuk pernikhannya. Ternyata dia telah dijodohkan dengan salah
satu putri dosennya yang dulu sangat dekat dengan Fahmi ketika Fahmi menjadi
asdos.
***
4 tahun kemudian..
Furqon lulus dengan gelar S1nya, begitupun Fay. Dan mereka bekerja di
perusahaan yang sama pula. Fay menempati posisi Customer Service, dan Furqon
berada di ruangan bagian Keuangan.
“Ini berkas-berkas yang bapak minta”Fay memberikan dokumen kepada salah
satu karyawan
Hati Mastan gemetar menerima map dari Fay, jantungnya berdetak tak menentu,
namun sejuk ketika melihat wajah perempuan yang memakai krudung panjang itu.
***
Jam istirahat.
“Cust.service kita itu...”
“Oh Fay, dia temenku itu sewaktu SMA”Belum selesai Mastan berbicara, Furqon
langsung melanjutkan saja
Mastan dan Furqon adalah teman satu kampus dulu di Australia. Matan Vai
Nath si bule blasteran Indo-Australia ini juga keponakan dari pemilik cabang
perusahaan ini.
“Ohh, I just know her”Mastan sambil melanjutkan makannya
“Kenapa ? do u like her ?”
“Ekhm, udah lanjutin aja makannya”Mastan tersendak dan mengambil air minum
***
“Fur, aku terus terpikirkan ucapanmu kemarin-kemarin ?”
“yang mana ?”
Mastan hanya menatap wajah Furqon.
“Ohh, hahahaa..... I think so”Ledek Furqon
“Dekatkan aku dengannya”Pinta Mastan semangat
“How ?”
“Firstly, u must teach me about Islam”
“Subhanallah.. Realy ? Tapi kamu harus benar-benar serius mempelajari
Islam, harus atas kemauan diri dan tulus dari hati, bukan karena mau
mendapatkan Fay. Karena niat kamu itulah yang menentukan apakah kamu berhasil
mendapatkan pelajarannya atau tidak”
“OK, buddy..”Mastan meyakinkan sobatnya itu
Mastan sudah tertarik dengan Islam dari dulu, karena dia sangatlah akrab
dengan Furqon. Dia sering menemani Furqon pergi ke masjid, melihatnya membaca
Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
***
Sejak saat itu, Mastan sering membaca buku-buku tentang Islam dari koleksi
buku di masjid kantornya. Buku tuntunan sholat, kisah-kisah nabi dan rasul, dan
lain-lainnya.
Mastan bersyahadat di depan para saksi. Furqon tak susah menuntunnya
mendalami Islam, karena dia banyak mengajarinya dengan praktek, kalau teori kan
Mastan sudah sedikit menguasai.
***
Furqon semakin dekat dengan orang tua Fay, bahkan ayah mereka berencana
menjodohkan keduanya. Padahal niat Furqon saat ini adalah memperkenalkan Mastan
kepada keluarga Fay. Lambat laun orang tua Fay mengerti maksud mereka, dan ibu
Fay pun sering bercerita tentang Mastan dan Furqon kepada Fay.
Fay juga diam-diam menaruh hati kepada Mastan, pria yang semakin hari
semakin taat beribadah. Mereka memang tidak dekat di kantor, tegur sapa pun
jarang terjadi, hanya sebatas urusan pekerjaan saja mereka berinteraksi.
Namun Fay mengira Furqon lah yang sedang mendekatinya melalui ayahnya itu.
***
“Fay..”inbox facebook dari Mastan begitu, jarang sekali Mastan menghubungi
Fay via facebook
“Ya ?” Fay membalas heran, tak biasa-biasanya Mastan seperti itu
“Will u marry me ?”
“Maksudnya ?”
“Will u be my wife ?”
“Siapa ini ?”
“Will u be mine ?”
“Hey kamu siapa ? Jangan bajak facebook orang sampai segitunya” Fay mulai
geram
“Jangan marah-marah, keluar rumah dong”
Tubuh Fay seketika membeku ketika melihat Mastan dan Furqon sudah berada di
depan rumahnya, Fay tersipu malu, mulut tak dapat berkata banyak.
“Furqon, Mastan ?”
Mereka hanya tersenyum..
“Masuk masuk, dan silahkan duduk” Fay gugup sebenarnya, dia berusaha
menutupi apa yang sedang dirasakannya itu
Furqon dan Mastan menunggu di ruangan tamu, dan tak lama kemudian ayah dan
ibu Fay datang menemui mereka seperti biasa, sembari Fay menyiapkan suguhan
tamu.
Belum sempat mereka memulai pembicaraan
“Assalamu’alaikum..”terdengar suara Ibu Mastan yang telah berjanji pada
anaknya untuk menyusul ketika selesai dari pengajian. Ternyata pengaruh
keislaman Mastan besar, kini sebagian besar anggota keluarganya sudah menjadi
mualaf, termasuk ibunya.
Ibu Mastan hanya datang sendiri, karena ayah Mastan masih ada pekerjaan di
Australia.
***
“Jadi begini, maksud kedatangan kami kemari adalah untuk melamar putri
bapak, Fayyasha Salsabila untuk menjadi istri anak saya, Matan Vai Nath”Ibu
Mastan memulai
“Alhamdulillah, tapi kita sebagai orang tua sih hanya bisa merestui saja,
masalah jawabannya itu kan tergantung Fay sendiri”Jawab Ayah Fay
“Fay, bagaimana ?”Tanya ibu Mastan
Fay gugup, semuanya terdiam, berisap mendengar jawaban dari Fay,
“Bismillah. Insya Allah Fay siap menjadi pendamping hidup Mastan”
“Alhamdulillah..”Seisi ruangan serempak mengucap syukur
Furqon menatap keduanya dengan penuh kebahagiaan, “ciee selamat yaa..”
Mastan dan Fay tertunduk malu....
~The End~
3 komentar:
bagus. tinggal tetap update dan semangat nulis terus. kan km lg malas nulis. mulai sekarang untuk istiqomah dalam Blogging ya
Insya Allah kak..
Posting Komentar