Kamis, 02 Juli 2015

Keimananku



KEIMANANKU
Jarum jam menunjukkan pukul 03.07 seperti biasa, Fayyasha Salsabila terbangun, ternyata hanya mematikan alarm saja. Lantunan sholawat dari pengeras suara masjid mulai terdengar, menandakan fajar mulai terbit.
“Lihat-lihatlah bunga andai kumekar..............”, dering alarm handphone berbunyi beberapa kali, namun itu tidak berefek pada tidur Fay. Lagi-lagi Fay mensnozingkan alarmnya. “Aaaa jam setengah 6” teriaknya sambil mematikan alarm handphone itu, lagi-lagi dia kesiangan. Hal itu sudah menjadi kebiasaan buruk yang telah dikembangkannya semenjak liburan kenaikan kelas, hanya berbekal keinginan untuk bangun malam dan sholat, Fay memasang alarm pukul 03.07, namun apa yang terjadi ? Nihil, sholat tidak jadi, kesiangan buntutnya..
Hari itu hari pertamanya masuk ke tingkat XI setelah libur panjang. Mandi, sholat Subuh, siap-siap, dan pukul 06.27 bergegas menaiki sepedanya biru mudanya untuk berangkat ke sekolah.
“udah berangkat belum ?”, satu pesan masuk dari Furqon, pacarnya, dan mantan teman satu kelasnya. Kini mereka berbeda kelas, Furqon di XI IPA3 sedangkan Fay ada di XI IPA1.
“Udah, lagi di jalan nih..”balasnya.
“Hati-hati yaa.. pesan masuk lagi darinya.
Mereka berdua memang sudah dekat sekali, karena kebetulan Pak Hadi, ayah Fay adalah pelanggan setia barber shop Pak Alfian, sang pemilik sekaligus ayah dari Furqon.
Fay tiba di sekolah, karena itu baru hari pertama masuk sekolah lagi, dewan guru masuk kelas hanya untuk memperkenalkan diri dan sekadar berbincang ringan tentang pengalaman, atau sekadar memberikan masukan yang membangun saja.
**
 “Ayah kamu lagi di tempa ayahku tuh”Ucap Furqon kepada Fay yang jalan di sampingnya, sepulang sekolah itu
“Yaa teruss ?”
“Biasaa, serbu es kelapa”
“Let’s go !”
**
Furqon dan Fay juga berada dalam satu ekskul yang sama di sekolah, mereka aktivis Remas. Awalnya mereka ikut ekskul itu hanya untuk mengisi waktu luang, dan karena mereka tertarik dengan tim hadroh juga, kalau band-band kan sudah biasa katanya, maksudnya cari yang beda gituu....
Terus berkecimplung dengan lingkungan yang Islami, ditambah mereka juga bergabung dengan komunitas dakwah sekolah di bawah naungan Remasnya, walaupun bukan sebagai tutor, mereka semakin paham bagaimana Islam yang sebenarnya.
Lama-kelamaan Furqon dan Fay mengerti bagaimana hubungan antara laki-laki dan perempuan seharusnya, mereka menyadari kesalahan itu, akhirnya mereka menjauh, menjauh, dan menjauh.
“Fur..”begitu pesan BBM yang diluncurkan Fay kepada Furqon
“yaa ?”
“kamu tau apa salah kita ?”
“Iya Fay, aku tahu banget. Ternyata selama ini kita salah besar, kita telah terjerumus dalam kemaksiatan yang mendalam, mendekati zina yang sangat dilarang oleh Allah”
“Iya Fur, kamu ngerti kan maksud aku ?”
“I see, dan memang ini yang ingin aku sampaikan juga. Lebih baik sekarang kita jalan masing-masing sesuai dengan jalan yang Allah tunjukkan, kita fokus sekolah, dan lagian sebentar lagi kita kelas XII, pasti membutuhkan konsentrasi full untuk persiapan ujian”
“Syukur kalau kamu udah tahu maksud pesanku ini, dan itu memang yang terbaik untuk kita. Insya Allah jika kita ditakdirkan berjodoh oleh Allah, kita akan dipersatukan oleh-Nya dengan ikatan yang sah”
“Insya Allah..”
***
Walaupun Furqon dan Fay sudah tidak berpacaran, Furqon tetap dekat dengan ayah Fay, karena beliau masih pelanggan setianya. Kedua orang tua itu memang tidak mengetahui bahwa Furqon dan Fay pernah ada hubungan spesial, mereka hanya sebatas tahu Furqon dan Fay adalah teman satu sekolah.
***
Saat penentuan nasib masa depan tiba, penentuan lulus atau tidaknya siswa diumumkan pada hari ini. Semua siswa tentu mempunyai perasaan sama, senang, gembira, sedih, takut, cemas, dan yang lainnya.
“Seluruh siswa kelas XII dinyatakan 100% lulus”Wakasek Kurikulum mengumumkan
“Yee,,,, alhamdulillah, terima kasih Ya Allah........”Ungkapan-ungkapan itu terlontar dari mulut setiap siswa
Mereka melanjutkan ke perguruan tinggi, namun ada juga yang terjun ke dunia kerja juga.
Furqon terbang ke Australia untuk menggapai mimpi masuk perguruan tinggi idamannya, sedangkan Fay tetap ada di Indonesia, masuk perguruan tinggi yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
***
Perkuliahan mulai berjalan, dan kini Fay sudah masuk semester 3.
“Kawanku itu naksir kau katanya Fay.. itu loh anak yang dari Fakultas Sastra Inggris”Ujar Niswa, sahabatnya di kampus
Fay hanya melebarkan bibir, sehingga terlihat matanya yang sayu itu.
“ahh kau nih Fay, selalu macam tu setiap kali aku bahas pria-pria yang suka kau”
“Ya, lalu aku harus jawab apa ? Kau kan tahu bagaimana aku ? Kuliah saja baru semester 3 kok”
“Ye lah ye lahh..”
***
“Andai matahari di tangan kananku takkan mampu mengubah yakinku, terpatri dan takkan terbeli dalam lubuk hati. Bilakah rembulan di tangan kiriku takkan sanggup mengganti imanku, jiwa dan raga ini apapun adanya”Lagu-lagu dari Edcoustic selalu diputar setiap kali Fay sedang mengerjakan tugas-tugas kuliahnya itu..
“Fay..”Ibunya menghampiri dan duduk dekat Fay sambil memperhatikan anaknya itu
Fay melontarkan senyuman.
“Kamu ingat Fahmi anak teman ibu yang waktu itu mengantar ibunya kemari ?”
“Hhhmmm.....”Fay berusaha mengingat-ingat karena waktu itu ia hanya melihatnya akan pergi, Fay baru pulang dari kampus ketika itu
“Yaa ingat, kenapa dengannya bu ?”
“Dia sekarang sudah menjadi guru PAI di SMP”
“Lalu ?”
“Dan kemarin dia kesini untuk melamarmu ?”
“ha ?”Fay kaget bukan kepalang. Sebenarnya Fahmi sering melihat Fay di jalan saat dia pulang kerja, dan sering menanyakannya kepada ibunya, dan ibu keduanyalah yang sudah saling mengenalkan satu sama lain sebenarnya
“Ekspresi yang bagus nak, hehee...”Ibunya meledek
“Ahh ibu ada-ada aja.. Bu, Fay masih belum kepikiran tentang hal itu, Fay masih ingin menyelesaikan kuliah”
“Kamu gak usah terburu-buru mengambil keputusan kok, Fahmi juga tidak memaksa untuk meminta jawaban cepat-cepat”
“Yasudah ibu kasih aja lagu Edcoustic yang judulnya ‘Nantikanku di Batas Waktu’ kepadanya, hehee..”
“Hehe kamu nihh..”
“Tapi Fay tidak memaksa dia untuk menunggu, kalau dia tidak sabar dan ada perempuan yang disuka lagi, tidak apa-apa”
“Iya ibu paham, nanti ibu sampaikan kepadanya”
Tapi satu tahun kemudian Fahmi mengantarkan undangan dan meminta restu kepada ibu Fay untuk pernikhannya. Ternyata dia telah dijodohkan dengan salah satu putri dosennya yang dulu sangat dekat dengan Fahmi ketika Fahmi menjadi asdos.
***
4 tahun kemudian..
Furqon lulus dengan gelar S1nya, begitupun Fay. Dan mereka bekerja di perusahaan yang sama pula. Fay menempati posisi Customer Service, dan Furqon berada di ruangan bagian Keuangan.
“Ini berkas-berkas yang bapak minta”Fay memberikan dokumen kepada salah satu karyawan
Hati Mastan gemetar menerima map dari Fay, jantungnya berdetak tak menentu, namun sejuk ketika melihat wajah perempuan yang memakai krudung panjang itu.
***
Jam istirahat.
“Cust.service kita itu...”
“Oh Fay, dia temenku itu sewaktu SMA”Belum selesai Mastan berbicara, Furqon langsung melanjutkan saja
Mastan dan Furqon adalah teman satu kampus dulu di Australia. Matan Vai Nath si bule blasteran Indo-Australia ini juga keponakan dari pemilik cabang perusahaan ini.
“Ohh, I just know her”Mastan sambil melanjutkan makannya
“Kenapa ? do u like her ?”
“Ekhm, udah lanjutin aja makannya”Mastan tersendak dan mengambil air minum
***
“Fur, aku terus terpikirkan ucapanmu kemarin-kemarin ?”
“yang mana ?”
Mastan hanya menatap wajah Furqon.
“Ohh, hahahaa..... I think so”Ledek Furqon
“Dekatkan aku dengannya”Pinta Mastan semangat
“How ?”
“Firstly, u must teach me about Islam”
“Subhanallah.. Realy ? Tapi kamu harus benar-benar serius mempelajari Islam, harus atas kemauan diri dan tulus dari hati, bukan karena mau mendapatkan Fay. Karena niat kamu itulah yang menentukan apakah kamu berhasil mendapatkan pelajarannya atau tidak”
“OK, buddy..”Mastan meyakinkan sobatnya itu
Mastan sudah tertarik dengan Islam dari dulu, karena dia sangatlah akrab dengan Furqon. Dia sering menemani Furqon pergi ke masjid, melihatnya membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
***
Sejak saat itu, Mastan sering membaca buku-buku tentang Islam dari koleksi buku di masjid kantornya. Buku tuntunan sholat, kisah-kisah nabi dan rasul, dan lain-lainnya.
Mastan bersyahadat di depan para saksi. Furqon tak susah menuntunnya mendalami Islam, karena dia banyak mengajarinya dengan praktek, kalau teori kan Mastan sudah sedikit menguasai.
***
Furqon semakin dekat dengan orang tua Fay, bahkan ayah mereka berencana menjodohkan keduanya. Padahal niat Furqon saat ini adalah memperkenalkan Mastan kepada keluarga Fay. Lambat laun orang tua Fay mengerti maksud mereka, dan ibu Fay pun sering bercerita tentang Mastan dan Furqon kepada Fay.
Fay juga diam-diam menaruh hati kepada Mastan, pria yang semakin hari semakin taat beribadah. Mereka memang tidak dekat di kantor, tegur sapa pun jarang terjadi, hanya sebatas urusan pekerjaan saja mereka berinteraksi.
Namun Fay mengira Furqon lah yang sedang mendekatinya melalui ayahnya itu.
***
“Fay..”inbox facebook dari Mastan begitu, jarang sekali Mastan menghubungi Fay via facebook
“Ya ?” Fay membalas heran, tak biasa-biasanya Mastan seperti itu
“Will u marry me ?”
“Maksudnya ?”
“Will u be my wife ?”
“Siapa ini ?”
“Will u be mine ?”
“Hey kamu siapa ? Jangan bajak facebook orang sampai segitunya” Fay mulai geram
“Jangan marah-marah, keluar rumah dong”
Tubuh Fay seketika membeku ketika melihat Mastan dan Furqon sudah berada di depan rumahnya, Fay tersipu malu, mulut tak dapat berkata banyak.
“Furqon, Mastan ?”
Mereka hanya tersenyum..
“Masuk masuk, dan silahkan duduk” Fay gugup sebenarnya, dia berusaha menutupi apa yang sedang dirasakannya itu
Furqon dan Mastan menunggu di ruangan tamu, dan tak lama kemudian ayah dan ibu Fay datang menemui mereka seperti biasa, sembari Fay menyiapkan suguhan tamu.
Belum sempat mereka memulai pembicaraan
“Assalamu’alaikum..”terdengar suara Ibu Mastan yang telah berjanji pada anaknya untuk menyusul ketika selesai dari pengajian. Ternyata pengaruh keislaman Mastan besar, kini sebagian besar anggota keluarganya sudah menjadi mualaf, termasuk ibunya.
Ibu Mastan hanya datang sendiri, karena ayah Mastan masih ada pekerjaan di Australia.
***
“Jadi begini, maksud kedatangan kami kemari adalah untuk melamar putri bapak, Fayyasha Salsabila untuk menjadi istri anak saya, Matan Vai Nath”Ibu Mastan memulai
“Alhamdulillah, tapi kita sebagai orang tua sih hanya bisa merestui saja, masalah jawabannya itu kan tergantung Fay sendiri”Jawab Ayah Fay
“Fay, bagaimana ?”Tanya ibu Mastan
Fay gugup, semuanya terdiam, berisap mendengar jawaban dari Fay, “Bismillah. Insya Allah Fay siap menjadi pendamping hidup Mastan”
“Alhamdulillah..”Seisi ruangan serempak mengucap syukur
Furqon menatap keduanya dengan penuh kebahagiaan, “ciee selamat yaa..”
Mastan dan Fay tertunduk malu....
~The End~

3 komentar:

Mukhofas Al Fikri mengatakan...

bagus. tinggal tetap update dan semangat nulis terus. kan km lg malas nulis. mulai sekarang untuk istiqomah dalam Blogging ya

Khalis Sofi mengatakan...

Insya Allah kak..

Khalis Sofi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar