Jumat, 06 November 2015

Start New Life 3

Di awal-awal masa kerjaku, aku merasa tidak nyaman, setiap ada yang menanyakan betah atau tidak, aku selalu jawab belum bisa menentukan karena kan masih awal, masih adaptasi, walaupun itu sudah sampai pada bulan kedua.
Bagaimana tidak, aku ditempatkan pada posisi dimana seluruh personilnya adalah laki-laki, dari 47 personil, akulah satu-satunya perempuan. Ini posisi yang tidak pernah aku bayangkan, aku tidak terbiasa dengan keadaan semacam ini, dimana aku adalah perempuan yang menjaga pergaulannya dengan laki-laki. Tapi aku bersyukur karena sebagian besar dari mereka sudah berkeluarga, dan mereka paham dengan prinsipku.
Bukan hanya itu, ada yang lebih parah. Mereka semua perokok aktif, hanya segelintir orang yang tidak.
Bayangkan, setiap pagi yang seharusnya adalah udara paling segar, tapi aku malah menghirup sesaknya asap rokok. Aku memilih bertahan, aku mencoba agar diri ini tidak manja. Mungkin ini cara Allah agar aku lebih kuat. Sebenarnya aku orang yang paling tidak tahan dengan segala macam jenis asap, apalagi rokok, sekali terhirup langsung batuk, sesak nafas, dan menutup hidung, yang mungkin bisa membuat orang lain tersinggung.
Setiap hari aku terus belajar bertahan, tanpa mengeluh, tanpa membuat orang lain tersinggung, aku hanya berharap pada kesadaran mereka agar tidak merokok di dekatku.
Sayangnya banyak yang tidak sadar, hanya satu orang yang paling peduli, yaitu Mas Taufik. Walaupun dia perokok, tapi dia mengerti keberadaanku, dia selalu menjauh ketika sedang merokok, atau kalau aku mendekat padanya langsung dia jauhkan rokok daru mulutnya itu. Bahkan dia sering menegur karyawan lain yang merokok di dekatku, good lah buat Mas Taufik. :)
Beberapa orang menyarankanku agar memakai masker, terutama Mas Taufik, tapi aku menolak, dengan alasan yaa itu, aku mau bertoleransi, di sini tempat umum, ini tempat milik bersama, aku tidak boleh egois melarang orang merokok, merokok hak mereka, dan yang terpenting aku ingin tubuh ini tidak manja lagi, aku tidak menghiraukan risiko, dan alasan lainku adalah aku takut termakan oleh mulut sendiri, barangkali Allah menakdirkanku berjodoh dengan lelaki perokok.
Alhamdulillah sedikit demi sedikit, aku bisa bersahabat dengan suasana ini. Berkecimplung di dunia laki-laki, walau aku tak pernah paham apa yang mereka bicarakan, karena aku pasif, diam, dan memang begitu seharusnya. ,Asap rokok, bukan masalah utama lagi. Karena sekarang ini kalau aku perhatikan, mereka banyak merokok di luar ruangan.

0 komentar:

Posting Komentar