Kamis, 27 Juli 2017

Soal Keyakinan

06 November 2015
B : So, What ur planning in the future?
Me : I'll Work here for 2 or 3 years. After that, I'll get out and work in outside city. And I've a willing  for continou my study. So, I'll Work while get a college in university there.
B : Kamu tidak ingin di sini? Siapa tahu yaa memang.................... . Sambil kuliah juga bisa. Banyak kok kakak-kakak kamu di sini, mereka kerja sambil kuliah. Contohnya....... (sebut nama seseorang).
Me : (Lupa waktu itu aku jawab apa, karena ucapannya nggak sesuai dengan hati)
Secarik percakapanku dengan seseorang. Terima kasih bapak sudah membuatku bertambah konsisten dengan apa yang aku ucapkan. Mengutarakan dan menceritakan cita-cita di depan orang besar seperti bapak merupakan suatu kehormatan tersendiri bagiku, merupakan sesuatu yang harus dijaga ketetapannya. Terima kasih bapak yang telah meyakinkanku bahwa keberadaanku (disana, dulu) merupakan karena diri aku pribadi, karena apa yang aku punya, bukan karena "apapun". Dan karena berkas-berkas data diriku, bapak sempat memiliki keyakinan bahwa aku bisa mengembangkan diri di sana.
Kembali ku merogoh kemasan masa lalu, saat beliau memanggilku ke ruangannya untuk pertama kali, mempersilahkanku duduk di hadapannya, menatapku, senyum selamat datang, kumerasa dihargai sekali, bagaimana tidak, aku, karyawan baru, baru menyelesaikan masa training, 3 bulan, berkesempatan bertemu dengan Bpk. Wk. FM secara pribadi. Dengan bahasa lain beliau tertarik padaku, tertarik akan potensiku maksudnya, setelah beliau melihat dokumen-dokumen lamaran kerjaku yang ada di HRD. Beliau pun memastikan bahwa ketertarikannya ini bukan karena aku sebagai "siapa" seperti orang lain lihat, beliau mengatakan murni karena kepribadianku. Bahkan setelah itu gencar berita bahwa aku akan dimutasi untuk bagian Marketing, Masya Allah, membuat hati terbang tak beraturan bak debu ditiup angin. Tapi berita sekadar berita, tak menentu arahnya pun, sama seperti ditutup angin.
Di satu tahun kemudian, sangat bertepatan dengan hari jadiku ke 19th, rupanya bapak masih tertarik padaku, memberiku kesempatan untuk mengisi kekosongan posisi di divisi PPIC, tahu kan PPIC? Divisi yang paling banyak disorot, ah tak perlu kujelaskan, aku rasa hampir semua orang paham apa itu PPIC. Beliau meyakinkan dengan mengatakan "kami memberi kesempatan kamu sebagai orang pertama(dari admin-admin lain) untuk mencicipi program baru yang akan diluncurkan di tahun 2017 nanti", subhanallah, hati siapa yang tidak melayang ke atas awan.
Tapi masa tak selamanya indah, kemudian angin-angin lain meniupku ke arah jurang, aku terperosok ke dalamnya, jatuh, lusuh, kumal, kucal, dan tersungkur. Tak ada lagi angin yang membawaku ke atas awan, sampai akhirnya aku harus merangkak seorang diri.
Kemana angin yang membuatku terbang? Kemana angin yang membawaku ke awan? Kemana angin yang mendinginkan hati tadi? Sama sekali tak terasa sedikitpun, mungkin hanya menyaksikan rangkakkanku dari kejauhan, melambaikan tangan meskiku tak melihatnya, berkalut dengan argumen pribadi sembari berpikir bahwa pendapatnya tentangku di awal pertemuannya denganku tentulah kesalahan besar. Barangkali itu yang terjadi di sana, pada angin itu.
Tidak denganku, meski aku berusaha bangkit dengan merangkak, aku tetap punya keyakinan, keyakinan yang pernah ditiupkan angin itu padaku, keyakinan yang sebelum beliau mengatakannya pun sudah aku yakini, aku punya sesuatu, aku potensial, aku berkompetensi, aku bukan orang bodoh, aku bukan orang yang tak guna, aku tidak mengatasnamakan apapun demi kepentinganku sendiri, aku adalah aku, inilah aku, Khalis Sofi.
Sembari kumemegang teguh apa yang sedari dulu aku konsepkan, konsep yang pernah aku utarakan pada beliau pula, aku mulai berjalan perlahan, menapaki jalan-jalan menuju rangkaian cita. Walau aku tidak sampai ada di sana untuk 2-3 tahun, tapi benar saja, tahun ini, tepat 2 tahun lalu ketika aku mengatakan hal itu pada beliau, aku membuktikan bahwa ucapan yang menyangkut masa depanku, yang setiap keluar dari mulutku bukanlah candaan semata, bisa aku pertanggungjawabkan.
Dan aku ingin membuktikan bahwa aku bukan orang lemah, bukan orang bodoh, tidak ada seorangpun yang boleh merendahkanku.
Sebenarnya semua itu skenario yang Allah buat untuk aku mencapai rancangan cita-cita yang pernah aku gariskan dalam angan. Aku pun tak pernah tahu sebelumnya bagaimana aku akan mencapai titik-titik visi yang sudah aku rencanakan. Kisah itu, drama-drama itu hanya potongan kecil yang menemaniku menjalankan misi-misi, pengantarku menuju visi.
Masya Allah, jalan Allah itu indah, nikmat bila dijalani dengan ikhlas. Puas jika dijalani dengan sabar.
Cikarang, 27 Juli 2017
Special edition for
*Bpk. Wk. FM UFI
Read more »

Selasa, 11 Juli 2017

PT Mulia Boga Raya, Bukan Tempat Jaim-jaiman

Salah satu peraturan baku di PT Mulia Boga Raya adalah tidak diperbolehkannya karyawan menggunakan Handphone selama di area perusahaan, termasuk karyawan yang stay di Office. Mungkin terdengar agak menjengkelkan. Bayangan pekerjaan yang rumit, membuat stres, diterapkan peraturan yang melarang menggunakan media paling menghibur ini. Di sini hape hanya diperuntukkan bagi yang benar-benar memerlukan, seperti untuk berkomunikasi dengan pihak eksternal, pun untuk itu lebih mengutamakan penggunaan fasilitas telepon kantor. Pihak yang boleh menggunakan hape selama di area kerja juga harus memiliki legalitas khusus, SK dari pimpinan dan tentunya disetujui Divisi Personalia (HRD).
Kerja tanpa hape bikin BeTe? Oh No, tidak sama sekali. Aku membuktikannya di 4 bulan ini, merasakan nikmatnya hidup dengan orang di dunia nyata seutuhnya. Manfaat paling terasa adalah mudahnya berbaur dengan lingkungan pekerjaan, tidak ada kata jaim di sana. Tidak begitu dominan terlihat perbedaan antara karyawan lama dan karyawan baru.
Disamping kerja tanpa hape, juga ruang Office yang terpusat menjadikan antarkaryawan lebih akrab. Administrasi berada dalam satu atap, begitu pula dengan staff manajemen.
Aku, orang yang (mungkin lebih dikenal) dengan sifat cuek (bahkan cenderung jutek), atau dibilang pendiam (oleh orang yang tidak begitu mengenal), bisa menunjukkan wujud asli, karena aku rasa semuanya orang dekat, aku serasa bebas mengekspresikan diri tanpa aku batas-batasi (jaim). Karena yang aku tahu, orang-orang di sini pure menjadi satu, tidak ada saling melihat kekurangan apalagi mencari-cari kesalahan. Tidak ada obrolan yang merujuk pada gosip atau membuka aib antarsesamanya.
Saat kita free, pekerjaan sudah dikerjakan dengan baik, kita bisa ngobrol asyik, berisik, ribut, bebas curhat, bercerita apapun, dan yang lebih aku suka adalah ketika kita saling memberi masukan jika kurang tepat dalam bertindak atau bersikap.
Kerja yang monoton, menguras pikiran, terobati sudah dengan aksi-aksi konyol sekitarnya. Canda tanpa singgungan, tawa untuk hiburan, pekerjaan selesai tanpa pusing-pusingan.
Aku orang yang (katanya) tidak banyak basa-basi, di sini apa? Hahaa sangatlah berbeda (kalo mood lagi nggak jelek yakk). Aku bisa jadi orang yang doyan ngomong, ketawa-ketiwi, bisa dibully atau membully, bisa dijudge atau sebaliknya, dan lain sebagainya. Semua yang kita lakukan tidak membuat hati sakit. Itulah kita, No HaPe No BeTe..
Karena saking merasa jadi satunya, kekurangan personil pun tidak menjadi suatu kehilangan (entah ini masuk kategori kelebihan atau kekurangan, hehe). Semisal ada yang nggak masuk kerja karena izin, cuti, dll., yang penting kita tahu kabarnya, cukup. Tapi kalo sakit, kita terus gali informasi dan perkembangannya.
Jauh dari gambaran sibuk masing-masing saat kerjaan kosong, yang ada saling membuat sibuk satu sama lain.
Cikarang, 11 Juli 2017
Khalis Sofi
_Dreamer_
*Sebelum Usia 25*
Read more »

Minggu, 09 Juli 2017

PT Mulia Boga Raya, Pelabuhan Nganggur-ku (Part 2)

PT Mulia Boga Raya, Pelabuhan Nganggur-ku (Part 2)
Satu bulan berlalu, 17 Februari 2017 aku mendapatkan dering telepon dari nomor tak dikenal lagi, siapa? Suara diseberang memperkenalkan dari PT Mulia Boga Raya.....
Dering telepon itu mengatakan bahwa ada panggilan tes tulis untuk besok, 18 Februari 2017, senang, haru, dan ribet, bagaimana tidak, posisi aku masih bekerja di RM, jam 11.00 aku harus masuk kerja, sedangkan panggilan sekitar jam 10.00, hari Jum'at pula, hari dimana RM sangat penuh dijejali pelanggan. Tenang, itu sikap yang berusaha aku tunjukkan. Kudatangi RM meski belum waktunya masuk kerja, kuhampiri manajer yang berada di dapur, kuajak beliau berbicara empat mata, dan kukatakan sejujurnya bahwa aku mendapat panggilan dari PT Mulia Boga Raya di Cikarang, dan aku mau ke sana. Awalnya beliau tidak mengizinkan, tentu saja dengan alasan jam kerja, akhirnya setelah bernegosiasi, aku meminta diizinkan pulang jam 14.00.
Sampai di rumah bibi sekitar jam 17.00, menunggu om pulang kerja untuk minta diantar ke Cikarang. Sekitar pukul 20.30 aku dan om berangkat ke Cikarang, rencananya akan menginap di teman sebangkuku sewaktu SMK dulu, Nita. Meski belum pernah tahu dimana tempatnya dan Nita pun tidak begitu jelas memberikan alamatnya karena dia kurang paham jalan, tapi aku dan om tetap jalan malam itu. Jam 12 sampai di kontrakan dia, dan om langsung kembali ke Jakarta.
Hari yang mendebarkan, aku dengan diantar Nita menuju tempat tes, PT Mulia Boga Raya.
Tidak banyak ternyata peserta tesnya, hanya ada 19 orang. Di sana aku benar-benar berharap penuh bisa menjadi bagian dari mereka, apapun pekerjaanku nanti, aku ikhlas, yang penting Allah ridho, begitu saja pintaku. Selagi menunggu waktu masuk, seperti biasa aku berkenalan dengan teman-teman baru, bagiku sudah menjadi hobi atau bahkan keharusan melakukan hal itu, dan aku mulai yakin bahwa cuek, jutek, jaim hanyalah penyakit yang harus disembuhkan.
Tes tulis lolos, dilanjut interview masal, lolos juga. Tes selanjutnya yaitu training yang dilakukan 20 Februari 2017. Galau dan senang tentunya. Galau karena status masih karyawan RM, dan kebetulan juga di tanggal bersamaan ada panggilan dari PT Dankos Farma, tapi kupilih untuk ikut training di PT Mulia Boga Raya yang sudah di tahap lanjutan.
Sore hari masih di kontrakan Nita, aku dijemput kakak sepupu yang tinggal di Cikarang untuk berkunjung ke rumahnya. Oh ya, dia juga salah satu yang berperan dalam ngebolang-ku, aku pernah diajak ngebolang ke Kawasan-kawasan industri di Cikarang, seperti Jababeka, EJIP, Hyundai, MM2100, hanya sehari sih, namun memuaskan.
Malam hari masih di tanggal 18 Februari 2017, kakak mengantarkanku ke Halte Bus, aku pulang ke mess RM untuk mengajukan pengunduran diri, jam 11 malam aku tiba di sana.
Esok hari mengajukan pengunduran diri dengan alasan yang kujelaskan dengan jujur, manajer dan teman-teman di sana malah mendukung, alhamdulillah. Benar-benar pengalaman yang tak terbayar oleh apapun, dipertemukan dengan orang baru yang membawaku pada berkurangnya sifat cuek.
Minggu, 19 Februari 2017 aku pulang ke Cakung untuk mempersiapkan kembali berangkat ke Cikarang. Sore hari, seperti biasa om yang menemaniku, namun halangan datang. Ada kecelakaan yang menimpa kami, om terluka cukup serius di bagian kaki yang mengharuskan dirinya beristirahat selama seminggu. Masya Allah, di saat itu aku serasa putus asa, aku tidak ingin meninggalkan om dalam keadaan seperti itu, di sisi lain aku punya visi yang hampir tercapai, penantian selama dua bulan setengah, yaitu mendapatkan pekerjaan yang pasti. Namun om dan bibi tetap mensupport supaya aku tetap berangkat.
Allah memberikan cara lain, ada Uwa (Pak De)-ku yang juga tinggal di Jakarta yang mau mengantarkanku ke Cikarang malam itu juga, ke rumah anak beliau, yaa kakak sepupuku.
Senin, 20 Februari 2017 dengan diantar kakak, aku berangkat ke PT Mulia Boga Raya untuk melakukan training, meski saat itu kakak memiliki kesibukan yang sangat. Alhamdulillah training selesai, dan kabar tidak mengenakan datang dari HRD penguji. HRD mengatakan bahwa hasil training akan diberitahukan setidaknya 3 minggu ke depan. Ahh, mati rasa aku, lepas pekerjaan di RM, sudah membuat om sampai sakit, di Cikarang harus menyusahkan orang lain pula, dan aku mentok mikir, pasrah, menyerahkan semuanya kepada Allah.
"Baiklah training hari ini selesai, saudara/i bisa meninggalkan ruangan, kecuali Khalis Sofi.". Hah? Apa? Namaku disebut-sebut HRD penguji? Berdebar hebat jantungku, bapak HRD menunggu peserta training lain meninggalkan ruangan.
"Sofi, kamu siap kerja?" Pertanyaan HRD penguji kepadaku ketika kami hanya tinggal berdua di ruangan.
"Insya Allah siap, Pak."Jawabku tegas dan berusaha tenang.
"Kalau begitu, besok kamu datang ke RS. Siloam untuk Medical Check up (selanjutnya disebut MCU), kamu ke resepsionist di sana dan bilang mau MCU calon karyawan PT Mulia Boga Raya, kemudian di hari Rabu kamu ke sini lagi untuk mengambil hasil MCU, jika bagus, hari Kamis kamu bisa mulai kerja."
"Oh iya siap, Pak. RS. Siloam ya Pak? Baik, Pak."
"Iya, kamu tahu? Ini saya sudah buatkan Surat Pengantar MCU untuk kamu."
"Belum sih pak, nanti ada kakak kok. Iya terima kasih, Pak."
"Oke, ada pertanyaan lagi?"
"Hmm cukup, Pak."
"Oke, kamu bisa pulang sekarang."
"Baik, terima kasih, Pak."
Sekeluarnya aku dari ruangan, bulir air mata menitik, perlahan memenuhi wajah yang penuh haru ini, kejutan dari Allah yang sangat membuat surprize. Masya Allah, rencana Allah Maha Indah, skenario-Nya Maha Sempurna.
Aku pulang dijemput kakak, dan sesegera aku mengabarkan hasil menggembirakan ini. Dan tentu dia siap mengantarku ke RS. Siloam esok hari.
Malam hari, masih di hari yang sama dengan hari aku training, daya tahan tubuhku menurun, pusing, mual, muntah-muntah, mungkin karena kurang istirahat di beberapa hari terakhir itu. Kondisi tidak sehat terlihat sampai keesokan hari, hari dimana aku akan melakukan MCU.
Selasa, 21 Februari 2017 aku MCU ke RS. Siloam Cikarang, seperti biasa, kakak yang mengantarku, dia selalu siap dan ada untukku saat itu. Cuaca buruk, hujan deras sejak pagi hari, kondisi badanku juga masih kurang sehat, tapi dia meyakinkan dan tetap mengantar ke RS, meski tidak sesuai jadwal, aku datang sekitar pukul 10.00 karena menunggu hujan agak reda.
Di RS. Siloam Cikarang, MCU, sendiri, tanpa ada yang kenal, alhamdulillah berjalan lancar, walau antrian lumayan panjang. Seperti biasa, berkenalan dengan peserta MCU dari perusahaan lain, berbagi cerita, berbagi pengetahuan, sejenak menghilangkan kejenuhan dan melupakan rasa tidak enak pada tubuh ini. Dan setelah sekitar 2 jam aku di RS, aku bertemu dengan teman-teman peserta training kemarin hari, ternyata mereka dihubungi pada sore harinya, dan tadi pagi mereka ke PT Mulia Boga Raya untuk mengambil Surat Pengantar MCU. Setelah serangkaian MCU selesai, aku kembali pulang ke rumah kakak tentu dia yang jemput.
Rabu, 22 Februari 2017 aku kembali datang ke PT Mulia Boga Raya sesuai instruksi HRD penguji, untuk melihat hasil MCU.
Ruangan sudah dipenuhi oleh peserta MCU tempo hari, perlahan HRD penguji menyebutkan hasil MCU, dan sampai kepada namaku, aku lolos. Alhamdulillah, Masya Allah Laquwwata Illabillah..
"Baiklah, bagi yang dinyatakan tidak lolos bisa meninggalkan ruangan." Singkat ulasan hasil MCU selesai.
"Baik, ada 3 departemen yang saat ini tengah membutuhkan personil baru. Yaitu untuk Admin PPIC, Operator Produksi, dan Operator RnD." Penjelasan lanjutan dari bapak HRD
"Untuk Admin PPIC kami butuh satu orang, dan itu akan diisi oleh Sofi..........."
Masya Allah, Laquwwata Illabillah.. Air mata kembali menitik, tak hentinya syukur kupanjatkan pada Illahi Rabbi, aku tahu, ini hadiah yang Allah berikan atas keyakinanku, atas kepercayaan bahwa rahasia Allah itu keren, bersama kesulitan ada kemudahan, dan Allah selalu ada untukku.
Ini merupakan hadiah terindah dari Allah atas aral melintang, jalanan terjal, lika-liku yang bisa aku lewati atas izin-Nya. Aku memasrahkan apapun pekerjaan kepada-nya, yang penting Ia ridho. Dan Ia memberikan ini padaku, Masya Allah. Bekerja sebagai Admin, sesuai basic dan pengalaman, segala kekurangan fisik yang ada pada diriku sedikitpun tidak menjadi masalah, mata minus, TB kurang, dan mengenai penampilan, sama sekali tidak menjadi sorotan. Masya Allah Laaquwwata Illabillah.. 
Banyak sekali pelajaran berharga yang aku dapatkan selama perjalanan menganggurku selama 2, 5 bulan ini. Kesabaran, keyakinan, kepercayaan, usaha, kerja keras, lebih dekat dengan Allah, dengan keluarga, dengan teman baru. Dan misiku perlahan berjalan, karena di dalam 2,5 bulan itu aku telah menelusuri banyak tempat baru. Salah satu misiku adalah "Mengetahui Bumi Allah yang (katanya) Luas". Dulu aku sering berdo'a pada Allah "Ya Allah, bumi Engkau itu luas, tapi kok aku cuman tahu di sini-sini aja, di Cirebon. Lingkup perjalanan aku juga cuman Plumbon, Babakan, Lemahabang, Kota, dan wilayah Cirebon yang lain. Ya Allah, aku ingin tahu lebih banyak sisi bumi-Mu."
Dan sesungguhnya keberadaanku di sini sudah terkonsep, sudah aku rangkai sejak zaman aku sekolah dulu. Hanya saja rutenya yang belum aku tahu, dan inilah rutenya, Allah bocorkan sekarang. Aku sangat bersyukur atas rute yang Allah berikan ini.
Saat ini aku tinggal di kontrakan Nita, sahabatku itu, sekolah satu bangku selama 3 tahun, dan kini kita satu atap, semoga tetap bersama seperti ini yaa, kecuali hidup baru yang memisahkan kita, hihii..
Cikarang, 09 Juli 2017
Khalis Sofi
Dreamer
_sebelum usia 25_
Read more »

PT Mulia Boga Raya, Pelabuhan Nganggur-ku (Part 1)

PT Mulia Boga Raya, Pelabuhan Nganggur-ku

Salam Amplop Coklat sebelumnya..
Berbulan-bulan kujalani kehidupan sebagai pengangguran, bosan, sedih, merasa tak berguna, merepotkan banyak orang, dan merasa hidup akan segera berakhir.
01 Desember 2016, seusainya aku bekerja di Cirebon, yaitu PT Universal Furniture Industries (selanjutnya disebut UFI) , aku langsung mengerahkan diri ke Jakarta, tepat 2 hari setelah aku dinyatakan tidak bekerja lagi di UFI, yaitu pada 03 Desember 2016. Aku nekat ke Jakarta, karena kubayangkan ada secercah harapan di sana, mimpi yang telah kurangkai dengan yakin bisa aku realisasikan. Tentunya dengan do'a dan dukungan orang sekitar, terutama Ibu, adik, dan yang paling berperan adalah Om & Bibi-ku. Sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih kepada mereka, Um Anwar, Mba Yi, serta Dede Naila, buah hati mereka.
Om dan Bibi-ku lah yang menampungku di Jakarta, aku tinggal di kontrakan mereka yang bisa dibilang sempit, yang  berada di Cakung Barat-Cakung-Jakarta Timur, hanya 2 petak, tapi dengan ikhlas mereka berbagi kepada keponakannya yang satu ini. Om dengan cermat memberi masukan, nasihat mengenai dunia kerja, pintar sekali beliau jika membahas hal ini, tentu lah, karena beliau merupakan anggota Serikat Pekerja. Dengan sabar bibi mengurusku selayaknya anak sendiri.
Di hari kedua keberadaanku di Jakarta, aku mulai mencari pekerjaan, kumulai di Kawasan Industri di KBN yang beralamatkan di Jl. Raya Cakung Cilincing, Tg. Priok, Jakarta Utara DKI Jakarta, bersama dengan anak tetangga kontrakan yang memang ia pun tengah mencari pekerjaan. Serba-serbi para petualang Lowongan Kerja (selanjutnya disebut Loker), laki-laki, perempuan dengan usia variatif, berkelompok, berdua, bertiga, bahkan seorang diri, menggunakan kendaraan bermotor, ataupun berjalan kaki, mendatangi hampir setiap perusahaan untuk menanyakan kepada security penjaga "Maaf Pak, apakah disini ada Loker?". Subhanallah.. Merinding aku..
Awal-awal aku ngebolang (istilah para pencari kerja untuk memburu loker) ada rasa malu, enggan, gengsi, dan ahh varian rasa tidak enak bermunculan. Tapi ya kupikir untuk apa semua rasa itu aku luapkan, toh memang sudah lumrah. Di KBN, mayoritas lowongan untuk Sewing (Menjahit), Washing (Mencuci), Cutting (Memotong), QC (Quality Control), dan istilah-istilah lain yang terdapat di perusahaan garmen. 
Pakaian hitam-putih, rapih, bergerombol, berdesakkan, antrian. Jika menemukan perusahaan yang tengah dalam keadaan seperti itu, di situlah Loker sedang dipamerkan. Menunggu, panas, capek, semuanya dihempas oleh para pemburu loker. Satu keuntungan besar di sini, dapat mengenal orang baru, yaa teman baru, pengalaman baru, pengetahuan baru, dan di situlah sensasinya. Kita sama, tujuan sama, nasib sama, dan kita bisa berjalan bersama, meski dalam arti sesungguhnya kita merupakan saingan dalam perburuan ini.
Beberapa kali aku ngebolang di KBN ini, namun nihil hasilnya. Ada teman bibiku yang berpendapat bahwa kesulitanku menemukan pekerjaan disana disebabkan oleh pakaianku yang syar'i, dan beliau sempat menyarankan agar aku ngebolang memakai celana, setelah bisa masuk kerja, baru pakai rok. Ahh kurasa itu ide konyol, aku tidak mau membohongi siapapun, aku ingin menjadi diri sendiri.
Selain di dunia nyata, akupun ngebolang di dunia maya, berselancar mengarungi atmosfer internet yang informatif. Aku sign up akun Jobstreet.com, Jobs.ID, LinkedIn, dan meninggalkan jejak alamat email di hampir setiap perjalanan menggali loker di situs web, tentunya agar informasi loker bisa aku dapat melalui email-ku. Tak hanya itu, aku pun mengikuti informasi loker di sosial media. Facebook, WhatsApp, Line, itu yang biasa kupakai. Bergabung dengan grup pencari loker, mendapat informasi update, oh ya kota tujuan kerjaku adalah Jakarta, Cikarang, Karawang, Bandung. Berbagai informasi loker kudapat, dimanapun, pekerjaan apapun, posisi apapun, gaji berapapun, dan lingkup kerja yang bagaimanapun.
Meski basic dan pengalaman kerjaku di bidang administrasi, namun dalam mencari pekerjaan aku tidak mempunyai kriteria spesifik, yang penting pekerjaan tersebut halal dan diridhoi Allah. Karena aku sadar, ini Jakarta, orang akan melakukan apapun untuk bisa bertahan hidup. Mau kerjaan yang harus ini harus itu, emang betah nganggur?
Jika informasi loker sekiranya cocok, selanjutnya aku cek keakuratannya dan kemudian menindaklanjuti. Kirim lamaran via email, via kantor pos, atau datangi langsung tempatnya. Puluhan lamaran sudah aku share ke berbagai loker yang tersedia.
Oh ya, yang menjadi kendala dalam mencari pekerjaan di sini adalah selain pakaian syar'i juga tinggi badan (selanjutnya disebut TB) dan mata minus-ku. Mayoritas perusahaan menstandarkan TB 155cm untuk perempuan, sedangkan aku hanya memiliki TB 152cm saja. Begitu pula dengan mata, tidak sedikit perusahaan yang kriteria pelamarnya harus bermata normal. Aku mengerti, semua itu perusahaan terapkan tidak lain hanyalah untuk menunjang keberlangsungan kegiatan produksi mereka. Ada yang menyarankanku, agar ketika ikut tes, coba mengelabuhi petugas, yaa dengan cara kerudung diganjal supaya terlihat lebih tinggi, atau melepas kacamata ketika ikut tes. Sekali lagi kukatakan, aku ingin menjadi diri sendiri. Karena pernah suatu hari, aku ikut mendaftar tes kerja di BKK salah satu sekolah di Jakarta, aku ikuti saran melepas kacamata, karena salah satu persyaratannya adalah "tidak berkacamata", apa hasilnya? Gagal, sudah tentu. Wong selama tes saja aku tidak maksimal kok. Tidak fokus, tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang berbicara di depan, apa yang dijelaskan, apa tulisan di layar proyektor, siapa yang duduk sebelah sana, dan ahh, mataku lelah, kepalaku pusing, dan aku tidak berharap pada tes ini, aku pasrah. Bayangkan jika di tahap tes saja aku sudah mengalami keburukan sebesar itu, bagaimana jika aku bekerja di sana nanti? Kujadikan pelajaran berharga, sejak saat itu, aku tidak ada niat lagi untuk mengelabuhi siapapun.
Kawasan JIEP Pulogadung, juga menjadi destinasi perburuanku. Sering aku ngebolang di sana, kadang ditemani om, teman, atau seorang diri, tapi lebih sering sendiri sih, yaa mencari pekerjaan memang lebih asyik sendiri, bebas, mau tidak mau malupun harus ditebas. Yaa seperti perjalananku di KBN, memperhatikan setiap perusahaan yang berdiri di sepanjang jalan yang kutelusuri, barangkali terpampang iklan lowongan kerja. Benar saja, beberapa perusahaan memajangnya, dan beberapa amplop coklat kuluncurkan ke dalamnya.
Dengan pengalaman pencarian itu, aku bisa mengetahui banyak hal, serba serbi lowongan kerja, yang akurat, yang benar, yang asli, yang tes, yang interview, yang medical check up, yang outsourching, yang langsung, yang tidak langsung, yang tipu-tipu, yang pakai uang, yang pakai calo, yang mengandalkan orang dalam, dan yang-yang yang lain yang tidak bisa kusebutkan lagi.
Pernah suatu hari, teman SMK-ku yang mengetahui keberadaan dan tujuanku di Jakarta menghubungiku untuk ikut melamar pekerjaan bersamanya. Untuk posisi sebagai telemarketing sebuah produk modem. Interview pertama dengan vendor, di sebuah gedung di daerah Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan diantar om-ku, aku bertemu dengannya di sana. Oke, seleksi di sini, kita berdua lolos. Tahap selanjutnya interview dengan user di sebuah gedung di daerah Mampang, Jakarta Selatan, dan itu tempat kerja yang nantinya akan kita hinggapi. Interview selesai, dengan PeDe-nya kita langsung mencari kos-kosan terdekat, hihii. Padahal informasi lolos/tidaknya akan diberitahukan seminggu kemudian. Singkat cerita, belum seminggu, temanku mendapat panggilan training dari perusahaan yang kita lamar, dan aku? Tidak. Sedih? Memang iya, tapi aku tetap bersyukur, karena dia yang lolos, coba kalo aku yang lolos? Tak enak hati aku padanya. Dia mulai bekerja, dan aku masih nganggur.
Ujian datang, aku mendapat panggilan seleksi beasiswa kuliah dari program PPA BCA di Cirebon, yaa aku mendaftar beberapa bulan sebelumnya. Berbagai pertimbangan, aku sangat ingin kuliah namun tidak memungkinkan kuliah reguler karena kondisi keluarga, sekedar cerita, ayahku sudah wafat, ibuku berkegiatan mempunyai warung kecil di rumah, dan adikku kuliah di UIN Bandung dengan biaya BidikMisi, aku yang masih tidak memiliki pekerjaan sedangkan BPKB motor masih belum lulus sekolah serta ada beberapa utang yang belum kulunasi, posisiku di Jakarta numpang hidup di rumah orang, dan selebihnya aku yang bertanggungjawab atas hidupku. Apa keputusannya? Seleksi beasiswa tidak kuhadiri.
Satu setengah bulan yang luar biasa, menikmati diri sebagai Job Seeker, Masya Allah..
HP berdering, nomor telepon tak dikenal menelepon rupanya. Panggilan interview, berbunga-bunga hatiku. Esok hari jam 10.00 di RM Ayam Penyet Everest. Sebentar mengingat kebelakang, aku melamar di RM tersebut sekitar 2 minggu sebelum mendapatkan panggilan ini, katanya langsung interview, ternyata manajer sedang tidak ada di tempat, padahal aku sudah ada janji dengannya sebelumnya via WhatsApp. Dan padahal jarak dari tempat tinggalku dengan RM tersebut cukup jauh, menempuh waktu 2 jam dengan menaiki TransJakarta dan MetroMini, serta menghabiskan ongkos Rp. 15.000, ahh tahu sendiri lah uang segitu bagi pengangguran macam aku ini sangatlah berarti, saat itu aku kecewa benar. Sudahlah, masih ada kesempatan untuk interview esok, kan tadi sudah ditelepon.
15 Januari 2017, RM Ayam Penyet Everest Mampang-Jakarta Selatan, pukul 11.00 (padahal undangan jam 10.00, hehee, maklum lah belum paham betul trafic di Jakarta, estimasi melesat gitu, dan alhamdulillah tidak dipermasalahkan). Interview tidak sulit, seperti biasa, dan yang lebih ditekankan adalah mess atau tempat tinggal karyawannya. Mengapa? Kuceritakan nanti..
Sepulang interview kuceritakan pada bibi, beliau agak kecewa, deskripsi tempat kerja yang kupaparkan, kondisi mess yang kujelaskan, dan gaji yang kusebutkan, ahh semuanya membuat beliau tertunduk lesu, begitu pun dengan om-ku. Tapi kembali lagi, mereka ada untuk mensupport aku, bukan mematahkan semangatku. Mereka menyerahkan keputusan padaku, dan mereka menyarankan jika memang nanti diterima, ambil saja, untuk pengalaman awal kerja di Jakarta, sembari menunggu panggilan dari yang lain, dijadikan sebagai batu loncatan maksudnya begitu. Benar saja, sore harinya pihak RM meneleponku lagi, mengabarkan bahwa aku diterima, esok hari bisa mulai kerja, kutanya tugasku sebagai apa? Dijawab Kasir.
16 Januari 2016, aku mulai aktif bekerja di RM Ayam Penyet Everest, kesan pertama melihat mess, ehem, kedua melihat area kerja, uhuk, dan ketiga melihat JobDesc-ku, ha?
Perjalananku di RM Ayam Penyet Everest menyenangkan, meski kondisi mess yang hanya 3 petak namun diisi oleh 13 karyawan laki-laki dan perempuan campur (etapi cowok kalo malam tidur di RM-nya kok), lingkup kerja yang hanya itu, kamar mandi segitu, ruang penyimpanan minimalis, area makan cukup nyaman sih tapi panas karena dapur di depan dan hanya tersedia 2 kipas angin, dan aduhh sumber kebisingan terpusat, jalan raya (dekat lampu merah) pasti sumber macet, area makan sumber berisiknya pelanggan, area kerja sumber keributan karyawan terutama dapur. Dan pekerjaanku yang katanya kasir ternyata tidak sepenuhnya, kerjaku mobile, peralatan kotor ya dicuci, area kotor yaa disapu, area berantakan ya rapihkan, ada pelanggan ya aku layani, ada yang bayar ya aku di kasir, bahan habis ya ambilkan, bahkan jika karyawan laki-laki semuanya sibuk, delivery pun aku kerjakan, deket sih, paling yang hanya sebrang jalan.
Warna-warni bekerja di RM, Masya Allah, pengalaman yang priceless, tak pernah kudapat sebelumnya. Iya sih walau kadang mengeluh, hmmm kerjaanku sebelumnya kan di kantor, rapih, dan yaa sudahlah, jika dibandingkan di RM, wuihh beda banget.. Soal salary pun, hanya Rp. 900.000/bulan, tapi makan dan tempat tinggal ditanggung.
Yang menjadi daya tarik aku adalah lagi-lagi karena bisa tahu berbagai macam jenis orang, dari pelanggan yang datang tentunya.
Yang membuat aku nyaman adalah sesama karyawannya yang kompak, solid, dan berasa keluarga sendiri, ya iyalah kerja bareng, tidur bareng, ngerumpi bareng, semuanya serba bareng. Karena itu juga sedikit demi sedikit sifat cuek, jutek, dan jaim-ku luntur. Oh ya, juga dengan pemilik dan manajernya yang friendly, tidak membawahi tapi mengimbangi. Manajer yang dulu menurutku menyebalkan karena soal interview, ternyata orangnya asyik dan pengertian kepada karyawannya. Contohnya? Aku suka dengan kerja malam nih atau tepatnya di Shift II, karena atmosfer malam hari itu menenangkan, mayoritas pelanggan datang bukan karena lapar, tapi yaa sekadar nongkrong-nongkrong rumpi, jadi melayaninya juga enjoy. Kesukaanku dikabulkan, aku sering mendapat bagian Shift II. Juga manajer yang mau ikut terjun langsung, mengepel lantai, memasak di dapur, membuat minum, belanja, melayani, menerima pembayaran, dll beliau juga kerjakan.
Selain itu, yang membuat aku tetap stay adalah pengalaman baru, aku bisa tahu bumbu dapur, cara membuat minuman, masak (walau cuma goreng buat sendiri aja sih, hihii), pokoknya ilmu-ilmu baru aku dapat deh, nggak ada kata rugi aku di sana.
Satu bulan berlalu, 17 Februari 2017 aku mendapatkan dering telepon dari nomor tak dikenal lagi, siapa? Suara diseberang memperkenalkan dari PT Mulia Boga Raya.....
Bersambung.....


Cikarang, 09 Juli 2017
Khalis Sofi
Dreamer
_sebelum usia 25_

Read more »

Sabtu, 08 Juli 2017

PT Mulia Boga Raya, Bukan Tempat Kerja Biasa

PT Mulia Boga Raya, bukan tempat kerja biasa.
Baru 4 bulan di sini, iya di sini, di PT Mulia Boga Raya yang beralamatkan di Jalan Inti II Blok C7 No. 5A Kawasan BIIE Hyundai Desa Cibatu Kecamatan Cikarang Selatan Bekasi 17550, perusahaan yang bergelut di bidang perkejuan dengan brand yang sudah cukup dikenal di masyarakat luas, yaitu Prochiz. Di usia yang baru menginjak 4 bulan saja aku sudah merasa seperti penduduk lama, merasa benar-benar ada di sana, serta telah melewati beberapa acara yang memang sudah diagendakan, baik acara formal maupun informal dari kalangan tertentu, beruntung banget deh.. 4 bulan yang colorful.
PT Mulia Boga Raya (selanjutnya disebut MBR), khususnya rekan-rekan di Office sudah banyak memberikan arti dalam perjalananku. Tempat baru, pekerjaan baru, suasana baru, dan pengalaman baru. Yang paling khas dari MBR adalah solidaritas atau kekompakan antarkaryawannya, baik horizontal maupun vertikal, khususnya AllDept di Office yaa..karena tempat aku di sana, tepatnya sebagai Admin PPIC Departement. Hmm, sebelum aku menulis panjang lebar, aku ingin bercerita seputar Departement yang aku hinggapi dulu deh yaa.. Yupp PPIC Dept.
Ahh orang-orang yang sudah bergelut di dunia kerja, especially di perusahaan, pasti tidak asing dengan departement ini, yaa departemen yang kerjaannya ngeribetin departemen lain. Eitt kita ngeribetin juga untuk meluruskan kok ;)
Di sini, PPIC baru terbentuk di tahun lalu, aku ini orang ke-3 di departemen ini, dan saat ini personilnya memang baru ada 3.
Apa JobDesc-ku? Control Budget. Apa itu? Ah sudahlah tidak perlu kujelaskan lebih lanjut, ribet urusannya ntar, hihii..
Di departemen ini terdiri dari 1 Supervisor (selanjutnya disebut Spv) dan 2 Admin (selanjutnya disebut Adm). Hmmm di sini aku seakan memiliki Bapak dan Kakak laki-laki. Karena di rumah kan hanya ada Ibu dan Adik perempuan. Jadi mungkin bisa kuanggap sempurna keluargaku.
Bapak Markus Haryadi Prasetyo, itulah nama Spv-ku di PPIC. Mau aku ceritakan apa yaa tentang beliau? Tidak perlu deh..
Kedua Mas Ali Udin Zuhri, nama satu orang loh yaa, dia partner kerjaku sebagai Adm. PPIC di sini. Aku tidak bisa deskripsikan tentangnya secara rinci, yang pasti dia itu selalu baik, walau kadang menyebalkan, tapi itu yang bikin renyah, kalo datar-datar aja kan nggak gurih. Dewasa banget, bisa mengumbangi aku. Dan yang paling "wuihh" adalah main Ms. Excel-nya ituloh, expert banget, selalu aku mintain ilmunya.
Sekian dulu deh yaa aku ceritakan tentang tempat kerja baruku, sebenarnya masih banyak sekali yang ingin aku luapkan, tapi lain waktu saja deh, takut bosen gitu..



Cikarang, 08 Juli 2017
Khalis Sofi
Dreamer
_Sebelum Usia 25_


Read more »