MENGGAPAI SURGA
Part 1 : Pertemuan itu...
“Terima kasih ya sya, lo baik banget, karena
bantuan ini kemarin gue bisa pulang kampung..” Yuda memandang Arsya, sahabatnya
dengan keakraban
“Oh never mind Yud, itu sih ga ada apa-apanya
dibandingin kebaikan lo ke gue”Balas Asrya merendah
“Sekali lagi thanks ya sya. Eh ya, sory
kemarin gue gak bisa nemenin lo nemuin Ibunya Sinta. Gimana ?”
“Gagal Yud”
“Maksud lo ?”
“Gue gak bisa yakinin ibunya, dia tetap gak
setuju sama hubungan kita”
“Terus Shinta ?”
“Dia itu cewe yang patuh banget sama orang tua,
kemarin calon suaminya juga didatengin kesana.”
“Wuihh parah tuh ibu-ibu, hahaa.. Terus, terus
?”Timpal Yuda spontan
“Apanya ? Udah jelas kan semuanya, mereka udah
ngomongin tanggal pernikahan”
“Ya sudah, la tahzan sobat. Semua itu sudah
ada yang mengatur, jodohmu udah ditentukan oleh Allah di Lauhul Mahfuz-Nya.”
“Thanks ya..”
Yuda mulai menyerutup tehnya, dan dia
tiba-tiba teringat akan sesuatu.
“Eh ya gue baru inget, waktu gue pulkamp gue
sempet mampir ke rumah guru ngaji. Beliau itu masih punya anak gadis. Kayanya
dia cocok deh buat lo, dia itu perempuan baik-baik dan sholehah, lo juga laki-laki yang bertanggung
jawab sya”
“Apaan sih, mana mau anak kyai sama gue”
“Kok lo udah nyetop kehendak sih, kan belum
dicoba”
“Yud...”
“Udahh, kita coba dulu. Minggu depan gue balik
kampung lagi, biasa anak minta gue buat nyaksiin dia khataman Al-Qur’an, nah
pas tuh ntar lo ngikut gue balik, sekalian gue kenalin lo sama anak guru
ngajinya”
“Huahh ya lah, gue nurut aja, yang temen gue
bilangin pasti bener dehh”
“Nah gitu dong, gue suka lo yang gini,
semangat man..”
Arsya membalasnya dengan senyuman pelit.
“Sya, Yud, yaelah gue cari-cari..”Irsyad
menyelundupkan kepala di antara bahu kedua sahabatnya
“lebay lo kaya cewe, biasa juga jam istirahat
kan kita nongkrong di sini. Lo yang kemana aja, kita cari-cari juga..”Sapa Yuda
cengengesan
“Hehee, sori sori tadi gue ada tugas keluar
mendadak, harusnya ini tugas Bu Lina, tapi beliau sakit, jadi gue gantiin”
“Yowislah, eh syad temen lo yang satu ini lagi
galau tuh. Tapi tenang udah ada obatnya...”Yuda berbicara kepada Irsyad yang
sedang memesan minuman
“Apaan ?”
“Ah lo. Ntar minggu depan ikut gue pulkamp
yak..”
“Ngapain ?”
“Tuh ngobatin temen lo yang lagi galau”Yuda
melirikan kepala ke arah Arsya
“Ehh ehh apaan, Yuda yang maksa”Arsya
menyambar pembicaraan
“Hahaa, akhirnya temen gue nih bisa ngomong
juga”Yuda meledek Arysa yang dari tadi melamun menikmati tehnya
“Ee malah maen teka-teki lagi, pikiran gue
lagi dicharger dulu noh di kantor”
“Oke oke. Jadi gini, ntar gue sama Arsya mau
ke rumah gue, terus ntar gue kenalin si Arsya sama anak guru ngaji gue di
kampung. Kayaknya mereka cocok deh”
“Lha terus Shinta gimana ?”
“Lupain aja, dia udah mau nikah kok”Arsya
menjawab dengan mulut malas
“Hah ?”
“Udah syad..”Yuda mencoba membuat Irsyad
mengerti akan keadaan
“Yaudah gue ikut dong kalo gitu, udah ah cabut
yok, ke masjid”Irsyad mengalihkan topik
***
Tujuh hari dari pembicaraan di kantin kantor
tersebut berlalu, ladang petani yang hijau dan ketukan sepatu kuda menemani
perjalanan Yuda, Arsya, dan Irsyad ke kampung halaman nan asri itu. Tibalah
mereka di kediaman Yuda, anak-anak dan istrinya menyambut dengan riang
kedatangan mereka.
***
“Audzubillahiminasyaithonirrajim.........”
Lantunan ayat-ayat Allah mulai menghias setiap
hati yang pilu, getaran hati siapa yang dengarnya semakin menjadi kala
firman-Nya semakin dikumandang. Ketiga sahabat itu merasakan damainya jiwa
dalam suasana. Acara khataman itu berlangsung khidmat.
***
“Aerilnya ada Pak ?”tanya Yuda kepada guru
ngajinya itu
“Iya ada, sebentar lagi juga kemari”
Gadis ayu dengan jilbab menjulur menutup tubuh
keluar dengan membawa minuman dan snack untuk disuguhkan kepada tamu ayahnya
itu.
“Aeril, duduk sini dulu”Ujar Pak Kasim kepada
putri bungsunya
Wajah ketiga pria yang duduk di sofa panjang
itu berseri-seri, terpana melihat keanggunan sang putri. Namun Aeril tetap
mengarahkan pandangan kosong ke bawah, agar tidak terjadinya hal-hal yang
disukai syaitan.
“Nah Aeril ini lho teman-temannya Mas Yuda, mereka
sengaja mampir ke sini untuk bersilaturahim. Yang ini Arsya, dan sebelahnya
Irsyad”
“Saya Aeril”Aeril melempar senyum hangat
kepada pemuda-pemuda itu sambil meluruskan kedua telapak tangan di bawah
dagunya, tanda salam antar umat muslim laki-laki dan perempuan.
***
Mereka kembali ke kost-kost’an yang tak jauh
dari tempat mereka bekerja, di pelataran rumah yang luas dengan diiringi alunan
jangkrik dan terangnya rembulan, mereka mengadukan isi hati satu sama lain.
“Eh sya, menurut lo gimana ?”
“Cantik, anggun, sholeha, ahh.. istri idaman
deh”
“Alhamdulillah syukurlah, jadi ?”
“Gue takut Yud”
Yuda memalingkan wajahnya ke arah Arsya yang
semakin serius membahasnya.
“Gue takut gak diterima sama keluarganya, gue
orang biasa-biasa aja, sedangkan dia....”
Yuda semakin serius menyimak pembicaraan
sahabatnya itu.
“gue takut gak bisa jadi imam yang baik buat
dia, dia terlalu baik buat gue, gue takut salah mengarahkan. Jadi sebelum itu
terjadi, gue....lo ngerti lah.”
“Mana Arsya yang selalu optimis ? Arsya yang
selalu percaya diri ? yang selalu konsisten”Yuda berusaha membangun semangat
Arsya
“Ini beda masalahnya Yud, ini menyangkut
kehidupan sampai akhir nanti”
“Tapi kan sya, setiap manusia itu pasti punya
kelebihan dan kekurangan, dan itulah fungsi suami dan istri, saling melengkapi,
dengan kelebihan dia bisa menutupi kekurangan lo, dan sebaliknya kekurangan dia
bisa lo tutup dengan kelebihan yang lo punya”Tambah Irsyad meyakinkan
“Ini baru awal aja sya, gue yakin kalo lo
belum berfikir matang, lo baru berpendapat di awal”Yuda lebih menekankan
pendapat
“Gue udah pikirin matang-matang, buktinya gue
udah nilai masa depan nanti. Lagian gue...”
“Kenapa ? Shinta ?”
“Lo tau lah itu..”
“Sya, buka mata lo, buka pikiran lo, hati lo,
Shinta itu udah mau jadi istri orang lain.”
“Gue sadar kok, dan karena kesadaran gue itu
yang gue takutin. Guetakut nyakitin Aeril nanti, gue takut dia tau kalo gue
masih nyimpen rasa terlarang ini”
“Lagian kan lo gak bakal nikahin Aeril dalam
waktu dekat ini, lo bisa lah gunain waktu itu buat lupain Shinta”
“Terlalu berat Syad”
“Jadi ?”Pinta Yuda keputusan
Arsya hanya mengerutkan alis mata kanannya
sambil mengangkat kedua bahunya..
***
“Yud, ngapain lo ?”Irsyad menghampiri kamar
tetangga di kost-kostannya
“Biasa, purchasing, belum sempet gue kelarin
di kantor”
“Oh.”
“kenapa ?”
“Biasa”
“Cewe ?”
“Bukan”
“Terus ?”
“Wanita”
“Sama aja”
“Beda Yud, cewe kan yang biasa. Kalo wanita
itu...........”
“Apa ?”
“Kaya Aeril”
“What ?”
“Sebenernya gue agak lega juga si Arsya gak
suka sama Aeril, jujur gue kaya baru liat wanita yang bener-bener wanita..”
“Gue sih sebagai sahabat support aja sih, Insya
Allah gue bisa bantu”
“Tapi gimana Arsya ?”
“dia kan udah bilang gak cocok, dia itu
konsist, satu keputusan udah diambil ya udah, ga bakal change”
Irsyad menyampaikan jawaban dengan senyuman.
“Udah tenang aja, bantuin orang dalam hal
beribadah kan dapat pahala. Ntar gue hubungi Pak Kasim”
***
“Wah saya gak menyangka lhoo, Yuda bilang kan
dia mau mengenalkan Aeril dengan kamu sya, kok ini malah Irsyad yang
kecantol..” Ucap Pak Kasim ketika ketiga pemuda itu mampir lagi ke rumahnya
untuk menyatakan maksud Irsyad
***
Lamaran sudah dilakukan oleh keluarga Irsyad
kepada Aeril, dan lamaran itu langsung diterima olehnya. Pernikahan dirancang 3
bulan lagi.
Di waktu yang tidak panjang itu, Irsyad
gunakan untuk dirinya mempelajari Islam secara kaffah, karena ia sadar, ia
adalah calon imam di keluarganya kelak, walaupun kelebihan calon istrinya dalam
hal agama sangatlah banyak, ia tak boleh mengandalkannya, ia tetaplah pemimpin
baginya kelak.
***
“Sah...”Serentak orang-orang yang menyaksikan
akad nikah Irsyad dan Aeril berucap
“Alhamdulillah,
barakallahulakumabaraka...................”Penghulu menutup do’anya
***
Malam hari, di kamar bak istana bagi Irsyad
dan Aeril..
“Kamu tahu, waktu pertama kali aku ke rumahmu.
Ketika aku sudah pulang, malam itu rasanya aku pengen lihat kamu lagi, andai
aja jarak rumah kita dekat, aku pasti datangi lagi ke rumahmu”Ujar Irsyad
Aeril membalasnya dengan senyuman manja..
“Dan tahukah kamu, sewaktu aku baru keluar
untuk menyuguhkan minuman, mataku sempat tertarik untuk tetap melihatmu, dan
dalam hati aku berharap agar ada kesempatan untuk berkenalan denganmu”
“Wuihh kamu nih, curi-curi pandang ternyata..”
“Hahaha....”mereka berdua tertawa lepas dalam
bahagia bersama