Minggu, 11 Desember 2016

Kegagalan

"Jadi gimana rasanya gagal?"

Tiba-tiba teringat kalimat tanya itu, pertanyaan yang dilontarkan seorang teman, entah siapa, aku lupa. Pertanyaan itu kudapatkan sehari sebelum kepergianku dari tempat kerjaku kemarin.

Mungkin aku terlihat gagal sekali, eitt bukan, aku gagal empat kali di satu tahun terakhir ini. Hahaa
Apa sajakah itu?
1. Gagal seleksi PKN-STAN (tahap tes tulis)
2. Gagal seleksi UMPTKIN (tahap tes tulis)
3. Gagal seleksi PT KAI (tahap tes kesehatan)
4. Gagal menjadi karyawan PT Universal Furniture Industries

Secara visual, orang-orang hanya mengetahui kegagalanku yang paling menonjol, yaa di nomor 4.

Faktor penyebab kegagalanku yang paling dominan, dan yang baru aku sadari adalah tentang keseriusan. Iyaa, aku anggap keseriusanku kurang total, prepare-ku kurang maksimal, yaa sekitar kurang 10-20%'an lah.

Aku sadar, dan aku harus memperbaiki kesalahanku itu.
Sepeninggalnya aku dari kerjaanku di PT UFI, aku berjalan ke barat, hingga datang ke kota metropolitan, apalagi jika bukan Jakarta tujuan para pemuda untuk bereksplore?
Aku siap dengan kegagalan-kegagalan selanjutnya, untuk itu aku pun harus mempersiapkannya dengan lebih-lebih siap.

Apa persiapanku? Seperti biasa, aku menggali banyak ilmu. Banyak bertanya soal ini-itu, sering meminta pendapat, masukan, dan nasehat dari orang-orang yang sudah berpengalaman tentunya.
Seperti perjalanan hidupku sebelumnya, aku selalu mengetahui sesuatu berdasarkan teori terlebih dahulu, baru lapangan kutahui selanjutnya.

"Katanya hidup di Jakarta itu keras."
"Katanya di Jakarta itu harus hati-hati betul."
"Katanya cari kerja itu susah."
"Katanya kalau mau kerja di situ harus pakai duit."
"Katanya kalau masuk kerja via yayasan sistemnya begini-begini."
"Katanya masuk kerja pakai jalur murni tuh jarang."
"Katanya orang cari kerja juga butuh banyak modal."
"Katanya kalau kerja tidak ada orang dalam, susah."
"Katanya sering ada penipuan, dengan modus begini-begitu."
"Katanya si dia diPHP'in sama calo kerja."
"Katanya dia udah masukin lamaran tapi nggak dipanggil-panggil."
"Katanya tes kerja tuh begini-begini."
"Katanya........"
Dan berbagai macam katanya-katanya yang telah kudengar dari sumber-sumber yang kucari.
Tapi semua itu "katanya", kata dia, kata orang lain. Aishh, bukan berarti aku menginginkan fakta itu terjadi padaku. Hanya saja, aku ingin tahu lebih jauh, bukan saja berupa kalimat yang berawal "katanya".
Aku masih di lingkungan start, aku belum sepenuhnya menjelajah apa yang kutuju. Aku belum sampai pada tahap yang "katanya-katanya" itu.
Aku jadikan kalimat-kalimat itu acuan diri agar lebih berhati-hati dalam menjalankan misi pengelanaan, aku jadikan motivasi supaya aku bisa melalui prosesnya tanpa mengalami hal semacam itu.
Bukan berarti aku takut, justru itu menjadi pondasi kekuatanku agar lebih siap jika menghadapi jalanan terjal.
Aku ingat, aku tidak sendiri, Allah selalu ada di dekatku. Dia Pelindungku, Dia akan menolongku, Dia yang akan membimbingku.
Laahaula walaa quwata illabillah..

Wallahu'alam bisshawab..

0 komentar:

Posting Komentar