Kamis, 14 Juli 2016

My Story of BPJS "Kacamata"

Assalamualaikum, heeii..
Mata, satu alat indra manusia yang sangat paling penting (menurutku) yaa, hehee..
Sekitar setahun terakhir nih aku ngerasa mataku enggak kayak biasanya, yaa berawal dari aku kerja, ya kan kerjanya ngadepin komputer mulu, mungkin itu point utamnya, eh enggak juga sih, banyak yang udah kerja depan komputer bertahun-tahun tapi mereka enggak mengeluh akan penglihatannya, berarti ini sih akunya aja ya, wkwkk..
Sebenarnya udah ngerasa kurang nyaman sama penglihatan yang kurang jelas kalau lihat sesuatu yang jauh, apalagi tulisan, semenjak aku kelas 3 SMK, artinya sekitar 2 tahun yang lalu, cuman aku enggak begitu menghiraukan, diem-diem aja, yaa aku pikir sih karena emang mata aku lagi capek atau emang bendanya yang enggak jelas, aku jalani hari dengan biasanya, wkwkk..
Penglihatanku begini mungkin karena aku rajin kali, hobi baca kan aku, baca status orang di sosmed, wkwk. Enggak juga kok, mungkin karena terlalu bergelut dengan laptop/komputer, buku-buku, ya iyalah kan anak sekolah, apalagi yang mau lulus. Ditambah smartphone yang on anytime, wkwkk..
Nah sejak Januari 2016-an aku mulai benar-benar ngerasa enggak nyaman sama mataku, aku mengeluh begitu ke teman, dia sarankan pakai obat tetes mata, mungkin karena matanya lelah seharian depan komputer, ditambah perjalanan jauh naik motor. Iya, aku ikuti sarannya, ya agak mendingan sih, kalau seusai pakai obat tetes mata, matanya seger, tapi nanti begitu lagi, berjalan sekitar 4 bulanan.
Aku udah putuskan mau periksa ke dokter, eh tapi aku lagi nunggu pengumuman USM STAN, karena di formulir keterangan mataku normal, masa iya nanti kalau dites kesehatan dan kebukti mataku minus, ya berarti aku kasih data yang salah dong, otomatis gugur nanti. Ahh itu pemikiran awam, pemikiran yang enggak-enggak, sebenarnya bisa aja sih, dasar akunya aja itu mah, akunya yang masih takut sama kenyataan kalau nanti dinyatakan mata minus, hadeuh..
Puncak perasaan enggak nyamanku di pertengahan Juni 2016, artinya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan aku pulang pergi dari rumah ke tempat kerja yang berjarak sekitar 50 KM dengan mengendarai motor.
Akhirnya kuputuskan periksa mata setelah Idul Fitri, karena libur panjang dan juga dapat THR, dan sekedar info aku enggak lolos USM STAN jadi aku mau periksa, wkwkk..
11 Juli 2016, tanggal dimana aku akan melakukan pengecekan mata, harus siap dengan segala pernyataan dokter, apa yang terjadi dengan mataku nanti. Wkwkk..
Aku peserta BPJS, jadi mengenai kesehatan aku pasti berelasi dengannya. BPJS juga menanggung pemeriksaan mata dan alat bantu lihatnya (kacamata) lhoo. Awalnya aku dapat informasi dari internet, lalu aku tanya-tanya ke HRD di tempat kerjaku, terus tanya juga ke teman kerjaku yang dia juga pakai kacamata tanggungan BPJS.
Lanjut, pertama aku datang ke dokter Faskes I, seperti yang tertera pada kartu BPJS. Faskes I ku di dr. Dwi Sudarni Babakan-Cirebon. Di sana aku mengutarakan keluhan penglihatan, dokter hanya memeriksa tensi darah, berat badan, dan tinggi badan saja, kemudian aku diberi surat rujukan untuk ke poli mata rumah sakit. Aku dirujuk ke RS Gunung Jati Cirebon.
Di surat tertanggal periksa 12 Juli 2016, aku ke RS Gunung Jati jam 15.00-an, hahaa alhasil udah bye bye. Aku tanya ke security, beliau bilang kalau mau ke poli mata datang pagi-pagi, jam 04.00 juga udah kumpul buat ambil nomor antrian. Karena pengambilan no antrian maksimal jam 11.00, poli matanya sih buka sampai selesai, entah jam berapa. Wouww aku orang awam bisa apa. Wkwk..
Okey, aku kembali ke RS Gunung Jati tanggal 13 Juli 2016 sekitar jam 08.00-an, dan tik tok tik tok aku enggak ngerti apa-apa. Aku datang ke bagian informasi buat tanyain prosedurnya, mereka bilang harus melampirkan surat rujukan dari Faskes I, fotokopi BPJS, fotokopi KTP/identitas lain, dan fotokopi Kartu Keluarga. Aku cengo, hahaa, polos banget sih aku nih. Aku enggak siapin apa-apa. Fotokopi kartu BPJS dan KTP okelah bisa mendadak, surat rujukan udah oke, tapi kartu keluarga? Hahaa aku enggak kepikiran, jadi enggak bawa dong. Aku bingung, mana jarak dari RS ke rumah cukup jauh, sekitar 1 jam, waktu juga udah siang, udah banyak yang antri, rame banget. Aku mikir, iyalah masa diem aja, wkwk. Pertama aku hubungi teman yang kerja di sekitar situ, dia ada di sana, aku pernah sempat kerja di sana juga jadi kemungkinan berkas lamaran masih ada, di berkas itu ada Kartu Keluarga juga, aku berharap besar dari sana. Tapi ahh, berkas ada di kantor pusat katanya. Oke pilihan 2, flashdisk aku kan ada di tas, berharap file scan Kartu Keluarga belum aku delete. Oke aku ke tempat fotokopi dan print, alhamdulillah file itu masih ada. Siap, semua persyaratan lengkap. Saran aku nih ya buat teman-teman, kalau mau melakukan hal baru siapkan informasi sebanyak mungkin, supaya enggak kayak aku ginih, hahaa..
Sekitar jam 09.00-an aku masuk RS lagi, ke bagian informasi lagi, petugas mengarahkan aku buat ke arah dekat BPJS Center, di sana ada orang gendut, nah minta nomor antrian ke petugas itu. Hahaa lucu petunjuknya, oke 86 87.
Aku ke arah yang ditunjukan petugas informasi, minta nomor antrian, 418, wouww cengo lagi. Sedangkan saat itu masih ada di urutan 140, sekitar 2 jam lagi kepala 400-an kata petugasnya. Wkwkk aku bisa apa. Eh iya, aku di RS ditemani adik lho yaa, enggak sendirian. Adik aku masih seumuran lah, cuma beda 2 tahun, aku 19 dia 17, jadi enakan buat teman.
Selama menunggu dipanggil no antrian 418, aku dan adik jalan-jalan aja mengitari setiap sudut RS, sambil haha hihi, mungkin cuma kita yang di RS keliatan riang, RS kan tempatnya orang sedih..
Di waktu penantian itu, ada ibu-ibu sendirian nyamperin kita, biasa lah kenalan, ngobrol-ngobrol, katanya beliau lagi nunggu ibunya yang mau ke poli THT, tapi ibu beliau belum datang. Mungkin karena kasihan liat 2 bocah lontang-lantung di RS, ibu itu memberikan kita nomor antriannya yang lebih awal yaitu 266, karena kebetulan ibu beliau belum juga datang, jadi beliau kasih deh nomor antriannya ke kita, baik bangeet yaawww..
Sekitar jam 10.00-an nomor antrianku dipanggil, aku ke BPJS Center mengurus administrasi buat ke poli mata, setelah semuanya beres aku diarahkan ke ruangan poli mata. Eh iya, enggak ada perlakuan berbeda lho antara pasien umum dan BPJS, itu yang aku rasakan.
Di ruangan poli mata, aku menyerahkan berkas dari BPJS Center, kemudian menunggu panggilan periksa. Ciah menunggu lagi, ya iyalah emangnya aku doang apa yang mau periksa. Wkwk
Sekitar jam 12.00-an aku masuk ruang periksa poli mata, pertama ditanya keluhan, karena keluhanku pandangan yang buram di jarak sekian meter, jadi aku dites untuk melihat angka-angka dan huruf yang ada di depanku, sekitar 5 M kayaknya. Pada ukuran tertentu aku udah merasa enggak bisa baca, jadi dilanjut ke pemeriksaan berikutnya. Mataku discan pakai alat itu tuh, enggak tahu namanya apa, pokoknya mukaku ditempatkan di sebuah alat, aku suruh lihat fokus ke dalam alat itu dan mataku direkam oleh petugas, klik, oke selesai. Kembali lagi ke tempat sebelumnya, kali ini menggunakan lensa, mencari ukuran lensa yang cocok untuk mataku, pas, iya yang ini.
Pemeriksaan mata selesai, aku mendapatkan berkas catatan petugas pemeriksa dan diserahkan lagi ke bagian administrasi poli mata. Aku sempat melihat tulisan 2,00 di catatan itu, aihh tahu apa yang aku rasa saat itu? Iya shock..
Menunggu panggilan berikutnya, untuk diperiksa dokter spesialis mata, oke namaku udah dipanggil, aku bertemu dokter dan sedikit berkonsultasi, dokter bilang yaa aku termasuk telat periksanya karena minus mata udah gede, kiri 2,00 dan kanan 1,75. Menyedihkan kan? Huhuu..
Dokter memberikan resep kacamata yang harus ditebus di optik.
Aku kembali ke administrasi poli mata untuk mendapatkan keterangan berikutnya. Dan aku diarahkan kembali ke BPJS Center untuk menyelesaikan administrasi penebusan kacamata.
Oke, selesai berurusan dengan RS, aku langsung menuju ke optik yang dirujuk dari RS, di Optik Orbit Cirebon, ituloh di Jl. Siliwangi, dekat PGC.
Di optik, aku menyerahan berkas-berkas dari RS, petugas memintaku untuk memilih bingkai kacamata yang diinginkan. Okesip, bingkai dan lensa sudah siap, totalnya Rp. 420.000,- karena ada tanggungan dari BPJS Rp. 200.000,- jadi aku cukup membayar Rp. 220.000,- saja ke Optiknya. Dan kacamata bisa diambil keesokan harinya.
Oh yaa selama aku melakukan pemeriksaan, aku enggak mengeluarkan uang cash berapapun kecuali untuk pembelian kacamata saja, Rp. 220.000,- selebihnya ditanggung BPJS.
Sekadar informasi, tanggungan kacamata BPJS juga tergantung kelas perawatannya, karena aku kelas II jadi tanggungan kacamata sebesar Rp. 200.000,-. Untuk kelas III yaitu Rp. 150.000,- dan Rp. 300.000,- untuk kelas rawat I.
Itu ceritaku bersama kacamata BPJS, semoga hal-hal pentingnya dapat bermanfaat yaa, hehee..
Wasaalam, bye bye..

0 komentar:

Posting Komentar