Kamis, 03 Agustus 2017

Mimpiku? Oh Tidak!

Zuhri menatap fokus ke arah layar 14" itu, sesekali menggeser-geser perangkat mirip tikus yang sering mengganggu persediaan bumbu di dapurnya.
"Mas maafin aku yang tidak bisa memegang janji kita, aku harus pergi ke kampung halaman, ini permintaan ayah, mungkin karena aku anak perempuan beliau satu-satunya, aku tak ingin mematahkan harapan beliau, aku harus pulang untuk segera mengurus acara yang dirancang seminggu lagi, aku harus mempersiapkan pernikahan.................... "
Tegg, Zuhri terpaku, jantungnya bak dikejar anjing pelacak kepolisian yang tengah bertugas, darahnya sekencang aliran sungai yang dijatuhi derasnya hujan, sesegera itu pula tangannya meng-close semua worksheet yang masih muncul di sisi bawah Windows monitornya, menatap kosong segala sisi ruang, menutup mata, sembari meresapi kalimat yang ia ucapkan, "Ohh Tuhan..."
Kini ia bersama dengan Nita, wanita yang mengiriminya pesan singkat melalui laman Facebook secara private malam itu, berfoto bersamanya di pelaminan. Zuhri tersenyum bahagia di depan kamera mas-mas crew video shooting pernikahan Nita dan suaminya. Hatinya rapuh padahal, serapuh kayu tua yang disengat teriknya matahari hari ini, tapi tak lebih terik dari jiwanya yang membuncah, melupakan kobaran perih atas yang ia saksikan.
"Terima kasih mas sudah datang.."Senyum Nita terpana ke arah Zuhri yang menyalaminya di depan kursi, kursi yang pernah mereka impikan bersama, kursi pelaminan. Nita tersenyum bahagia sekali, semringah, menghangatkan, bukan sekadar beradegan palsu di dekat lelaki yang kini sah menjadi imam hidupnya. Nita benar-benar bahagia. Raut itu yang dapat Zuhri tangkap saat ada di lokasi bak neraka itu.
"Selamat berbahagia, s..a..y..a..ng..". Zuhri membiarkan kalimat itu mendarat di telinga Nita, membisikannya lembut, selembut kasihnya yang membuat Nita lama menunggu, halus, sehalus kain sutra yang pernah ia selempangkan pada leher Nita kala gerimis bulan lalu. Tak ada kalimat lain yang kemudian menyusul setelah kalimat itu, bahkan untuk menatap riasan wajahnya yang amat apik, seapik tokoh Cinderella dalam dongeng, menyentuh tangannya, bersalaman sekadarnya, kemudian berlalu dari lautan tamu yang turut berbahagia.
Malam menghampir, Zuhri masih menyendiri di tepi jalan raya dekat masjid yang ia singgahi saat sholat Isya tadi. Jiwanya masih berantakan, runtuhan luka masih belum genap jatuh, debu-debunya masih menempel pada dinding hati yang kini sudah tidak kokoh lagi. Menatap roda-roda kendaraan berlalu, semilir angin membuat rambutnya sedikit berantakan, tapi tidak seberantakan hatinya.
Malam yang sama pun, Nita tengah beristirahat di kamar barunya, bukan, tepatnya kamar lama yang baru akan ia tempati bersama suaminya, kamar lama beratmosfer baru, nuansa malam pertama, pengantin baru. Terlihat Nita sibuk berkutat dengan HP yang sejak tadi bergetar, tanpa nada dering, takut mengganggu khusyunya resepsi pernikahan katanya. Satu persatu ucapan selamat dari beberapa sosial media ia buka, dari berbagi kalangan teman. Cukup dibaca. Nita lebih tertarik pada laman kontak di HP-nya, melihat satu nama, nama yang selalu ia hubungi dalam keadaan apapun, icon panggil, by SIM1, meluncur panggilan ke arah nama kontak itu.
Drrrrrreeettr, dreeettr... Getar HP Zuhri mengganggu lamunannya kembali, sudah panggilan ke sekian yang ia saksikan selama penyendiriannya di tepi jalan raya itu, namun Zuhri mengabaikan, ia tidak ingin diganggu, niat hati ingin menonaktifkan HP-nya, tapi itu tidak mungkin, ia butuh, kali-kali salah satu panggilan itu berasal dari dia....
Benar saja, dia, nama kontaknya tertera jelas di layar smartphone-nya, sekilat jari menyentuh icon jawab, "Halo......" Zuhri gelagapan..
"Zuhri, ke ruangan saya, bawak laporan stock opname kemarin.... "
"Emm, i.. ya, Pak."

"Mas maafin aku yang tidak bisa memegang janji kita, aku harus pergi ke kampung halaman, ini permintaan ayah, mungkin karena aku anak perempuan beliau satu-satunya, aku tak ingin mematahkan harapan beliau, aku harus pulang untuk segera mengurus acara yang dirancang seminggu lagi, aku harus mempersiapkan pernikahan kakak sepupuku, tidak ada lagi yang bisa membantu, di keluarga besar kita, hanya aku sodara perempuan dia, dan kedekatan kita pun tak bisa terhitung oleh centi bahkan milimeter. Maafkan aku harus pergi besok sore, aku tidak bisa menemanimu menyantap bakso di tempat yang katamu orang bilang enak itu.. "

Telpon kantor, dari Pak Markus, memecah semua ilusi Zuhri yang tengah meliar, itu kebiasaannya, berimajinasi di tengah free-nya kerjaan, atau dimanapun yang menurutnya enak dijadikan suasana untuk memikirkan hal yang tak dapat dijangkau dunia nyata.
Nyatanya ia hanya membayangkan kelakuannya semalam yang shock ketika membaca pesan singkat Nita, ia sedikit tersedak ketika membaca sampai pada kata "pernikahan", ia tengah membayangkan boodohnya ia ketika hampir membanting mouse komputer yang digenggamnya, untung dia bukan tipikal orang yang cepat terbawa emosi hanya oleh sebuah tulisan, lanjut scroll ke bawah, menuntaskan pesan yang Nita kirimkan.
"Sof, aku pulang duluan.. "
"Hm, tiati." Kebiasaan Sofi, partner kerjanya, ketika dirinya berpamitan pulang lebih dulu.

"Kamu belum jalan?" Zuhri memarkirkan sepeda motornya melebihi batas area parkir tamu, di depan kost-kostan Nita, berniat sesegera membantu Nita membawakan tas berukuran cukup yang tengah ia tenteng. Untung ibu kos tidak ada di tempat kala itu.
"Iya nih, ojek online dari tadi nggak ada yang ambil orderan aku, udah dua kali." Keluh Nita. "Ehh.. Ini yang ketiga." Rautnya semakin memasam, layar HP-nya menunjukan tolakan pesanan ojek online(lagi).
"Yokk aku anterin ke stasiun." Zuhri hendak membawakan tas yang ada di samping kaki kanan Nita.
"Ehh ini ada yang ambil orderan.. "
"CANCEL" Tukas Zuhri..
"Hahaa jahat banget." Serentak Zuhri dan Nita mengucapkan. Tawa menghiasi perjalanan mereka menuju stasiun.

Sang Imajinator, 03 Agustus 2017
Di tengah sunyinya malam Jum'at..
Khalis Sofi..

1 komentar:

Pak wendi mengatakan...

Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah aku bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259

Posting Komentar